jaket lagi

>> Jumat, 28 November 2008


assalamu'aalikum
ne juga ada contoh desain yang lain...
kalo bisa kalian boleh desain sesuka hati.
mu model gimana pun Insya ALLAH, warna bisa selera kalian.
Insya ALLAH ada

Read more...


assalamu'alaikum...
buat klian yang mau pesen jaket bisa ke mari..
lewat e-mail bisa (moexn-aviexenna@yahoo.com)
sm 085275867454
oke.

Read more...

Adakah Demokrasi Islam ?



Saat ini orang begitu mendewa-dewakan demokrasi dan menyangka demokrasi itu bagian dari Islam. Padahal tidak disangsikan lagi bahwa demokrasi merupakan hasil pikiran manusia, demokrasi bukanlah Islam dan Islam bukan demokrasi. Bahkan dalam sistem demokrasi, yang menjadi penegak hukum, mengatur semua tatanan hidup manusia dan sebagai sumber kekuasaan adalah rakyat. Allohu akbar! Bukankah Alloh yang memiliki hak pensyariatan secara mutlak? Wahai saudaraku, janganlah engkau tertipu dengan lisan yang pandai membawakan kebatilan, dan menghiasinya dengan argumentasi yang semu.

Ketahuilah, bahwa demokrasi dicetuskan oleh mereka orang-orang kuffar. Mereka menganggap bahwa rakyat banyaklah yang memegang kekuasaan dan menjadi sumber kekuasaan. Na'udzu billah!! Saudaraku, bukankah Alloh telah memerintahkanmu untuk mengembalikan urusan pada Al Kitab dan As Sunnah? Simaklah firman Alloh: "Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian." (An-Nisa': 59). Lalu apakah demokrasi juga mengembalikan permasalahan pada Al Qur'an dan As Sunnah ketika menyelesaikan permasalahan? Lihatlah dengan jelas, bukankah mereka mengembalikan pada orang terbanyak tanpa melihat bagaimana keadaan orang-orang tersebut? Padahal Alloh berfirman, "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)." (Al An'am: 116)

Mereka para pembela demokrasi berusaha untuk mengadakan pendekatan terhadap Islam dengan memberi label demokrasi islami. Mereka juga dengan nafsu syahwatnya berusaha untuk merubah dan mencocok-cocokkan secara paksa syariat-syariat islam agar tidak bertentangan dengan demokrasi. Padahal telah jelas dalam firman Alloh, "Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari siksaan Allah. Dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa." (Al-Jatsiyah: 18-19)

Saudaraku, Islam berbeda dengan penganut demokrasi dari kalangan yahudi dan nashoro serta agama-agama kafir lainnya. Mereka adalah orang yang ingkar kepada Alloh dan rosul-Nya. Akankah engkau mengikuti jejak mereka sejengkal-demi sejengkal menuju pintu-pintu neraka? akankah engkau loyal kepada mereka, memuji-muji mereka dan membantu mereka untuk berteriak bahwa semua agama sama, pria dan wanita punya kedudukan yang sama, jilbab hanya budaya arab dan ucapan-ucapan lain yang melecehkan Al Qur'an? Saudaraku, lihatlah sendiri kebobrokan yang diakibatkan oleh demokrasi. Banyak orang berbicara seenak sendiri sesuai hawa nafsunya dengan bertamengkan kebebasan yang ditawarkan demokrasi. Mereka beramai-ramai menghujat pemerintah di depan umum, di podium-podium, media massa dan sebagainya. Sungguh ini adalah akhlak yang jauh dari tuntunan Nabi yang mulia! Sekarang engkau lihat begitu maraknya digelar demonstrasi dengan berkedok pelaksanaan demokrasi. Wahai saudaraku, bukankah demonstrasi yang telah menanamkan rasa permusuhan kepada pemerintah, membunuh orang tidak bersalah, mengganggu keamanan umat dan mengacau ketertiban, mengumbar kaum wanita di jalan-jalan menjadi tontonan dan membuat macet dakwah islam?

Saudaraku, ikutilah para ulama yang istiqomah meniti jalan yang lurus di atas petunjuk Nabi yang mulia, mereka tidak pernah menghalalkan untuk menghujat pemerintahan di depan umum, atau menganjurkan berdemonstrasi, atau mengkudeta pemerintahan yang sah. Bahkan andaikan pemerintahan begitu zholim, maka Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam pun tetap memerintahkan kita untuk mendengar dan taat kepada mereka selama tidak bertentangan dengan perintah Alloh. Penuhilah hak mereka dan mintalah hakmu pada Alloh Ta'ala. Wallohu A'lam bish showab.

***

Read more...

Empat Rahasia Ahli Syukur

>> Selasa, 25 November 2008

Semoga Allah Yang Maha Menatap, Maha Gagah, Maha Menguasai segala-galanya mengaruniakan kepada kita hati yang bersih sehingga bisa menangkap hikmah di balik kejadian apapun yang kita rasa dan kita saksikan, karena penderitaan dalam hidup bukan karena kejadian yang menimpa tapi karena kita tertutup dari hikmah.
Allah menakdirkan apapun Maha Cermat, tidak pernah mendzolimi makhluk-makhluk-Nya. Kita sengsara adalah karena kita yang mendzolimi diri sendiri.
"Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat Allah, sesungguhnya ia telah membuka jalan hilangnya nikmat dari dirinya. Akan tetapi barangsiapa yang mensyukuri nikmat Allah, maka sungguh ia telah memberi ikatan yang kuat pada kenikmatan Allah itu."
Firman Allah SWT: La in Syakartum la-aziidannakum (jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah rezekimu)(QS.14: 7)
Wa maa bikummin ni'matin faminallohi tsumma idzaa massakumudllurru failaihi tajaruun (Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah datangnya, dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan , maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.(QS.16: 53)
Wa ammaa bini'mati rabbika fahaddits (Dan terhadap Nikmat Tuhan-mu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).(QS.93: 11)*
*(diambil dari kitab Al Hikam; Syekh Ahmad Atailah)

Jadi setiap nikmat itu menjadi pembuka atau penutup pintu nikmat lainnya. Kita sering menginginkan nikmat padahal rahasia yang bisa mengundang nikmat adalah syukur atas nikmat yang ada. Jangan engkau lepaskan nikmat yang besar dengan tidak mensyukuri nikmat yang kecil.
Tidak usah risau terhadap nikmat yang belum ada, justru risaulah kalau nikmat yang ada tidak disyukuri. Allah sudah berjanji kepada kita dengan janji yang pasti ditepati, La in syakartum la-aziidannakum (jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah rezekimu)(QS.14: 7)
Maka, daripada kita sengsara oleh nikmat yang belum ada lebih baik bagaimana yang ada bisa disyukuri. Sayangnya kalau kita mendengar kata syukuran itu yang terbayang hanya makanan, padahal syukuran itu adalah bentuk amal yang dahsyat sekali pengaruhnya.
Syarat yang pertama menjadi ahli syukur adalah hati tidak merasa memiliki, tidak merasa dimiliki kecuali yakin segalanya milik Allah SWT. Makin kita merasa memiliki sesuatu akan makin takut kehilangan, takut kehilangan adalah suatu bentuk kesengsaraan. Tapi kalau kita yakin semuanya milik Allah, maka diambil oleh Allah tidak layak kita merasa kehilangan karena kita merasa tertitipi. Makin merasa rejeki itu milik manusia kita akan merasa berharap kepada manusia dan akan makin sengsara, senikmat-nikmat dalam hidup adalah kalau kita tidak berharap kepada mahluk tetapi berharap hanya kepada Allah SWT.
Rahasia yang kedua ahli syukur adalah "orang yang selalu memuji Allah dalam segala kondisi". Karena apa? Karena kalau dibandingkan antara nikmat dengan musibah tidak akan ada apa-apanya. Musibah yang datang tidak sebanding dengan samudera nikmat yang tiada bertepi. Apa yang harus membuat kita menderita? Adalah menderita karena kita tamak kepada yang belum ada.
Ciri yang ketiga dari ahli syukur adalah manfaatkan nikmat yang ada untuk mendekat kepada Allah. Alkisah ada tiga pengendara kuda masuk kedalam belantara, ketika dia tertidur kemudian saat terjaga dilihat kudanya telah hilang semua. Betapa kagetnya mereka dan pada saat yang sama dalam keadaan kaget, ternyata seorang raja yang bijaksana melihat hal tersebut dan mengirimkan kuda yang baru lengkap dengan perbekalan. Ketika dikirimkan reaksi ketiga pengendara yang hilang kudanya itu berbeda-beda. Si-A kaget dan berkomentar, "Wah ini hebat sekali kuda, bagus ototnya, bekalnya banyak pula!" Dia sibuk dengan kuda tanpa bertanya kuda siapakah ini.
Si-B, gembira dengan kuda yang ada dan berkomentar, "Wah ini kuda hebat," sambil berterima kasih kepada yang memberi. Sikap C beda lagi, ia berkomentar "Lho ini bukan kuda saya, ini kuda milik siapa? Yang ditanya menjawab, "Ini kuda milik raja." Si-C bertanya kembali "Kenapa raja memberikan kuda ini? Dijawab "Sebab raja mengirim kuda agar engkau mudah bertemu dengan sang raja". dia gembira bukan karena bagusnya kuda, dia gembira karena kuda dapat memudahkan dia dekat dengan sang raja.
Nah begitulah, si-A adalah manusia yang kalau mendapatkan mobil, motor, rumah, dan kedudukan sibuk dengan kendaraan itu, tanpa sadar bahwa itu adalah titipan. Orang yang paling bodoh adalah orang yang punya dunia tapi dia tidak sadar bahwa itu titipan Allah. Yang B mungkin adalah model kita yang ketika senang kita mengucap Alhamdulillah, tetapi ahli syukur yang asli adalah yang ketiga yang kalau punya sesuatu dia berpikir bahwa inilah kendaraan yang dapat menjadi pendekat kepada Allah SWT.
Ketika mempunyai uang dia mengucap Alhamdulillah, uang inilah pendekat saya kepada Allah, dia tidak berat untuk membayar zakat, dia ringan untuk bersadaqah, karena tidak akan berkurang harta dengan bersadaqah.
Maka, jika sahabat ingin banyak uang, sederhana saja rumusnya, pakailah uang yang ada untuk berjuang di jalan Allah. Jangan heran jika rejeki datang melimpah. Punya rumah ingin nikmat bukan masalah ada atau tidak ada AC, bukan masalah ukuran, tetapi rumah yang nikmat adalah rumah yang menjadi kendaraan untuk mendekat kepada Allah. Bangunlah rumah yang tidak membuat kita sombong, belilah asesoris rumah yang membuat setiap tamu yang datang menjadi dekat kepada Allah, bukan ingat kepada kekayaan kita. Pasanglah hiasan yang mebuat tamu kita ingat kepada kekuasaan Allah bukan kekuasaan kita. Itulah rumah yang Insya Allah tenang dan barokah. Tapi kalau rumah dipakai untuk pamer dan menginginkan kursi yang amat mewah, potret-potretnya yang tidak membuat ingat kepada Allah, malah ujub, riya takabur, tidak usah heran rumah itu semakin diminati pencuri, dan rumah yang diminati pencuri itu membuat strees bagi yang punya. Dia harus menyewa alarm, menggaji satpam, di depan harus ada anjing. Coba kalau rumahnya ingat kepada Allah dia tidak akan sesibuk itu.
Mohon maaf kepada saudara-saudaraku yang kaya tidak apa-apa memiliki yang bagus, tapi usahakan setiap tamu yang masuk ke rumah bukan ingat kepada kita tetapi ingat kepada kekayaan Allah. Andai kita mempunyai jabatan, lalu bagaimana cara mensyukurinya? Gunakanlah jabatan itu agar karyawan kita dekat kepada Allah.
Kesungguhan kita untuk mendidik anak lebih baik daripada punya anak tetapi tidak tahu agama, lalu bagaimana anak itu akan memuliakan ibu bapaknya? Ketika kita mati mereka hanya berebut harta warisan jangankan mensholatkan ibu bapaknya.
Maka orang yang bersyukur yang adalah orang yang mendidik anaknya supaya dekat dengan Allah. Di dunia nama orang tuanya terbawa harum karena anaknya mulia. Di kubur lapang kuburnya karena doa anaknya. Di akherat Insya Allah akan terbawa karena barokah mendidik anak.
Kunci syukur yang keempat adalah berterima kasih kepada yang telah menjadi jalan nikmat. Seorang anak disebut ahli syukur kalau dia tahu balas budi kepada ibu dan bapaknya. Dimana-mana anak sholeh itu harum namanya. Tapi anak durhaka tidak pernah ada jalan menjadi mulia sebab kenapa? Karena mereka tidak tahu balas budi. Benar orang tua kita tidak seideal yang kita harapkan, tetapi masalah kita bukan bagaimana sikap orang tua kepada kita, tetapi sikap kita kepada orang tua.
Saudara-saudaraku yang budiman negeri kita dikatakan negeri bersyukur kalau sadar bahwa negeri ini adalah titipan dari Allah, bukan milik seseorang, bukan milik pahlawan, bukan milik siapapun yang membangun negeri. Tapi negeri ini tidak ada pemiliknya selain Allah tapi kita episodenya hidup di Indonesia. Maka syukuri, jangan minder jadi orang Indonesia yang disebutkan negara koruptor, tetapi justru kita yang harus bangkit untuk tidak korupsi! Dengan minder tidak akan menyelesaikan masalah. Kita harus bangkit! Negara ini harus jadi ladang untuk mendekat kepada Allah.
Dengan ada perasaan dongkol, sakit hati, itu semuanya tidak akan menyelesaikan masalah tetapi justru akan menambah masalah. Sekarang justru kesempatan kita menjadi bagian dari masalah atau menjadi bagian dari solusi. Daripada sibuk mempermasalahkan masalah lebih baik mari kita sedikit demi sedikit menyelesaikan masalah. Itulah namanya syukur nikmat.
Dan sahabat-sahabat, salah satu tugas kita untuk mensyukuri nikmat adalah kita harus memilih pemimpin kita yang berakhlaq baik yang bisa membimbing kita. Rakyat seluruh negeri ini menjadi orang yang baik-baik. Kita membutuhkan suri tauladan yang baik. Jangan pernah melihat orang dari topeng duniawinya tetapi lihatlah orang dari akhlaqnya karemna akhlaq adalah buah dari keimanan dan keilmuan yang diamalkan. Harta, gelar, pangkat, jabatan dan kedudukan yang tidak menjadikan kemuliaan akhlaq seseorang berarti dia telah terpedaya. Kita tidak membutuhkan topeng. Yang kita butuhkan adalah isi dan isi inilah milik orang-orang yang ahli syukur kepada Allah.
Mudah-mudahan daripada kita memikirkan yang tidak ada lebih baik mensyukuri yang ada. Wallahu a'lam Bishowab. ***

Read more...

ibuku

>> Senin, 24 November 2008

Perempuan Terbaik

Wahai bunda hanya Tuhan saja yang dapat membalas jasamu erana Tuhan saja yang tahu penderitaanmu (Nasyid dari Nowseeheart)
Saat itu saya masih empat belas tahun. Untuk pertama kalinya, saya harus berpisah 'jauh' dengannya, perempuan terbaik yang pernah kenal. Tatkala tangan-tangan itu melambai, rasa bersalah berdentam-dentam di rongga dada. Ugghhh... kenapa saya tega meninggalkannya sejauh itu. Belum terbayang, kapan lagi saya akan kembali bertemu dengannya.
Sebelum perpisahan jarak 'jauh' itu, jarang sekali bunda enggan memberi izin, bila saya minta izin bepergian. Suatu ketika, saya pamit untuk pergi camping, mengikuti kemah pramuka Sabtu-Minggu di dekat gua stalagnit di kampung kami. Untuk pamitan dua hari itu pun, izinnya didapat dengan alot sekali.
"Hati-hati ya nak... jangan merusak alam, jangan berbuat macam-macam hati-hati... jangan..."
Berkali-kali nasehat itu diperdengarkan, risau sekali beliau akan keselamatan puteranya. Padahal, namanya juga acara anak SD, camping perkemahan Sabtu-Minggu itu di back-up puluhan guru pembina. Jumlah guru yang menyertai camping hampir sama banyak dengan jumlah murid, sebagai bukti keseriusan pihak sekolah untuk menjamin keselamatan kami. Tapi, namanya bunda, ia tetap saja penuh kekhawatiran pada keselamatan anaknya. Raut wajahnya tampak sangat mencemaskan puteranya yang berkeras untuk tetap pergi.
***
Tak lama berselang setelah perpisahan 'Sabtu-Minggu' itu, perpisahan 'jauh' benar-benar terjadi. Kali itu bukan camping di pinggir kecamatan. Tapi saya harus terbang menyeberangi lautan. Untuk melanjutkan studi ke sekolah dambaan. Tak terbayangkan bagaimana perasaan bunda melepas bocah kecilnya sejauh itu.
Satu tahun berselang, di sebuah libur panjang sekolah, saya kembali bertemu bunda. Sejuk wajahnya dan binar ketulusannya masih sama. Pehatian dan kasih sayangnya pun belum berubah. Cuma mungkin penampilannya sedikit berubah. Kilau perak mulai terselip di rambutnya.
Sejak saat itu, dengan dalih cita-cita, berulang kali saya meninggalkanya. Berulang kali beliau harus membekap kerinduan, memasung rasa kasih pada buah hatinya. Pada saat saya tergelak tertawa dengan konco sekodan, mungkin bunda sedang tenggelam dalam isak tangis kerinduannya. Saya sendiri, bukan tidak rindu padanya, warung bubur kacang ijo gang Masjid mungkin pelampiasan paling manjur, kalau rasa kangen padanya sedang meradang. Maklum setiap libur sekolah bunda selalu setia menanti dengan bubur ijo kesukaan puteranya. Jauh hari sebelum puteranya datang, berkilo-kilo kacang ijo sudah dipesannya untuk putera tersayang, yang belum jelas tanggal kedatangannya.
Saat melihat ibu-ibu lanjut yang berjalan sendiri di keramaian pasar, ingin rasanya menyapa mereka, mengajak bersenda-gurau, sambil berharap bunda juga diperlakukan ramah pula oleh lingkungannya. Kala menjumpai nenek yang beringsut membawa belanjaannya, terketuk keinginan untuk menawarkan bantuan, karena terbayang bunda yang tertatih-tatih dengan bebannya. Jika sudah mengkhayal begini, pertanda kerinduan padanya telah mengkristal. Cuma doa yang mampu dirangkum saat itu, semoga Allah Yang Menguasai langit dan bumi, menjaga dan menyayangi bunda.
Bila melihat pertikaian di tengah kampung kami, berbicang dengan bunda adalah solusi terbaik.
"Jangan pikirkan apa pelakuan orang yang mendzalimi kita, pikir saja kekhilafan kita, coba memperbaiki diri, jangan menghiraukan kata-kata sampah yang datang dari kaum jahil, persekongkolan para pendengki para itu sudah jelas sejak perang Khandaq. Belajarlah untuk menjadi hamba yang tulus, yang tak terganggu dengan perlakuan manusia, tapi niat karena-Nya harus benar, jangan pernah berharap pada makhluk."
Plong. Kepala yang tadinya cekot-cekot sepulang melihat perseteruan di balai desa langsung terobati.
Berbicara tentang ketulusan, ketulusan seorang ibu mungkin nomor satu. Saat bayi lemah tanpa gelar kesarjanaan itu lahir, dengan penuh khidmat, kasih sayangnya mengalir lancar tanpa pamrih. Menabur benih kebaikan kepada makhluk yang 'bukan siapa-siapa' memang aneh di era kapitalisme ini. Tapi itulah bunda, yang tak melihat apa yang akan didapatnya dengan membesarkan kami. Memperoleh senyum manis kerabat saat kenduri tetangga mungkin sudah lumrah, tapi mendapatkan perhatian penuh kasih bunda saat demam meradang menjelang subuh, itu baru luar biasa.

***
Dari Abu Hurairah Radiyallahu 'anhu berkata: Seseorang datang kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam dan bertanya,
"Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?" Beliau menjawab, "Ibumu." Tanyanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Ibumu." Tanyanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Ibumu" Kemudian tanyanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau mejawab, "Bapakmu."
(Muttafaq 'alaih).
***

Read more...

menikah

Menikah, Bukan Sekedar Memadu Cinta

- "Rumahku surgaku", ujar Rasulullah singkat saat salah seorang sahabat bertanya mengenai rumah tangga beliau. Sebuah ungkapan yang tiada terhingga nilainya, dan tidak dapat diukur dengan parameter apapun. Sebuah idealisme yang menjadi impian semua keluarga. Tapi untuk mewujudkannya pada sebuah rumah tangga (keluarga) ternyata tidaklah mudah. Tidak seperti yang dibayangkan ketika awal perkenalan atau sebelum pernikahan. Butuh proses, butuh kesabaran, butuh perjuangan, bahkan pengorbanan juga ilmu!
Saat ini, persoalan dalam keluarga membuat banyak pasangan suami istri dalam masyarakat kita menjadi gamang. Baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Wajar, karena itulah hakikat hidup. Bukan hidup namanya jika tanpa masalah. Justru masalah yang membuat manusia bisa merasakan kesejatian hidup, menjadikan hidup lebih berwarna dan tidak polos seperti kertas putih yang membosankan. Namun jangan sampai masalah-masalah itu mengendalikan diri kita hingga kita kehilangan hakikat hidup.
Lihatlah sepanjang tahun lalu, tahun 2004, begitu banyak pasangan yang mengajukan perceraian ke pengadilan agama dengan berbagai macam alasan. Memang yang lebih banyak terangkat adalah kisah rumah tangga para selebritis yang tak henti menghiasi layar kaca tentang rusaknya hubungan rumah tangga mereka. Tapi sesungguhnya itu hanya puncak sebuah gunung es. Karena masyarakat awam pun tak sedikit yang rumah tangganya bermasalah, bahkan mereka yang mendapat sebutan aktivis dakwah.
***
Begitu banyak buku-buku pernikahan yang beredar di pasaran, bahkan sebagian menjadi best seller. Tak hanya buku-buku non fiksi, bahkan para fiksionis pun lebih senang mengangkat tema–tema merah jambu karena lebih disukai pasar. Isinya kebanyakan bersifat provokatif kepada orang-orang yang belum menikah agar segera menikah. Namun sayangnya hampir semua buku-buku itu isinya terlalu melangit.
Maksudnya lebih banyak menceritakan pernikahan (kehidupan rumah tangga) pada satu sisi yang indah dan menyenangkan. Sementara sisi "gelap" pernikahan jarang sekali yang mengangkat. Tentang kehidupan setelah pernikahan, tentang biaya-biaya berumah tangga, dan hal-hal lain yang tentu tidak sepele dalam rumah tangga.
Isitrahatlah sejenak dari bermimpi tentang pernikahan. Jika mimpi itu hanya berisi bagaimana mengatasi rasa gugup saat akad nikah. Atau tumpukan kado dan amplop warna-warni menghiasi 'bed of roses'. Atau kalau hanya mengharap salam indah dan atau jawaban salam dari kekasih. Apalagi membayangi bisa menatap, berbicara dan menghabiskan waktu bersama belahan hati tercinta.
Pernikahan tidak cuma sampai di situ, sobat. Ada banyak pekerjaan dan tugas yang menanti. Bukan sekedar merapihkan rumah kembali dari sampah-sampah pesta pernikahan, karena itu mungkin sudah dikerjakan oleh panitia. Bukan menata letak perabotan rumah tangga, bukan juga kembali ke kantor atau beraktifitas rutin karena masa cuti habis.
Tapi ada hal yang lebih penting, menyadari sepenuhnya hakikat dan makna pernikahan. Bahwa pernikahan bukan seperti 'rumah kost' atau 'hotel'. Di mana penghuninya datang dan pergi tanpa jelas kapan kembali. Tapi lebih dari itu, pernikahan merupakan tempat dua jiwa yang menyelaraskan warna-warni dalam diri dua insan untuk menciptakan warna yang satu: warna keluarga.
Di tengah masyarakat yang kian sakit memaknai pernikahan, semoga kita tetap memiliki sudut pandang terbaik tentangnya. Betapa banyak orang yang menikah secara lahir, tapi tidak secara batin dan pikiran. Tidak sedikit yang terjebak mempersepsikan pernikahan sebatas cerita roman picisan dan aktifitas fisik. Hingga wajar jika banyak remaja yang belum menikah saat mendengar kata menikah adalah kesenangan dan kenikmatan. Hal itu ditunjang oleh buku-buku pernikahan yang isinya ngomporin. Sementara sesungguhnya yang harus dilakoni adalah tanggung jawab dan pengorbanan.
Memang pernikahan berarti memperoleh pendamping hidup, pelengkap sayap kita yang hanya sebelah. Tempat untuk berbagi dan mencurahkan seluruh jiwa. Tapi jangan lupa bahwa siapapun pasangan hidup kita, ia adalah manusia biasa. Seseorang yang alur dan warna hidup sebelumnya berbeda dengan kita. Seberapa jauh sekalipun kita merasa mengenalnya, tetapakan banyak 'kejutan' yang tak pernah kita duga sebelumnya. Upaya adaptasi dan komunikasi bakal jadi ujian yang cuma bisa dihadapi dengan senjata kesabaran.
Pasangan kita, yang kita cintai adalah manusia biasa. Dan ciri khas makhluk bernama manusia adalah memiliki kekurangan dan kelemahan diri. Memahami diri sendiri sebagai manusia sama pentingnya dengan memahami orang lain sebagai manusia. Pemahaman ini penting untuk dijaga, karena cepat atau lambat kita akan menemukan kekurangan atau kebiasaan buruk pasangan kita.
Oleh karena itu, bagi yang belum menikah, jangan terlalu banyak menghabiskan waktu dengan memilih pasangan hidup saja. Apalagi parameternya tak jauh dari penampilan, fisik, encernya otak, anak orang kaya, pekerjaan mapan, penghasilan besar, berkepribadian (mobil pribadi, rumah pribidi), berwibawa (wi...bawa mobil, wi...bawa handphone, wi...bawa laptop), dan sebagainya.
Tapi, pernahkah kita berpikir untuk membantu seseorang yang ingin mengembangkan dirinya ke arah yang lebih baik hari demi hari bersama diri kita?
Lebih dari itu, pernikahan dalam konteks dakwah merupakan tangga selanjutnya dari perjalanan panjang dakwah membangun peradaban ideal dan tegaknya kalimat Allah. Namun tujuan mulia pernikahan akan menjadi sulit direalisasikan jika tidak memahami bahwa pernikahan dihuni oleh dua jiwa. Setiap jiwa punya warna tersendiri, dan pernikahan adalah penyelarasan warna-warna itu. Karenanya merupakan sebuah tugas untuk bersama-sama mengenali warna dan karakter pasangan kita. Belajar untuk memahami apa saja yang ada dalam dirinya. Menerima dan menikmati kelebihan yang dianugerahkan padanya. Pun membantu membuang karat-karat yang mengotori jiwa dan pikirannya.
Menikah berarti mengerjakan sebuah proyek besar dengan misi yang sangat agung: melahirkan generasi yang bakal meneruskan perjuangan. Pernahkan terpikir betapa tidak mudahnya misi itu? Berawal dari keribetan kehamilan, perjuangan hidup mati saat melahirkan, sampai kurang tidur menjaga si kecil? Ketika bertambah usia, kadang ia lucu menggemaskan tapi tak jarang membuat kesal. Dan seterusnya hingga ia beranjak dewasa, belajar berargumentasi atau mempertentangkan idealisme yang orangtuanya tanamkan. Sungguh, tantangan yang sulit dibayangkan jika belum mengalaminya sendiri...
Menikah berarti berubahnya status sebagai individu menjadi sosial(keluarga). Keluarga merupakan lingkungan awal membangun peradaban. Dan tentu sulit membangun peradaban jika kondisi 'dalam negeri' masih tidak beres. Maka butuh keterampilan untuk memanajemen rumah tangga, menjaga kesehatan rumah dan penghuninya, mengatur keuangan, memenuhi kebutuhan gizi, menata rumah, dan masih banyak lagi keterampilan yang mungkin tak pernah terpikirkan...
Ini bukan cerita tentang sisi "gelap" pernikahan (wong saya sendiri belum nikah!). Tapi seperti briefing singkat yang menyemangati para petualang yang bakal memasuki hutan belantara yang masih perawan. Yang berhasil, bukan mereka yang hanya bermodal semangat. Tapi mereka yang punya bekal ilmu, siap mental dan tawakkal kepadaNYA. Karena pernikahan bukanlah sebuah keriaan sesaat, namun ia adalah nafas panjang dan kekuatan yang terhimpun untuk menapaki sebuah jalan panjang dengan segala tribulasinya.
Pernikahan adalah penyatuan dua jiwa yang kokoh untuk menghapuskan pemisahan. Kesatuan agung yang menggabungkan kesatuan-kesatuan yang terpisah dalam dua ruh. Ia adalah permulaan lagu kehidupan dan tindakan pertama dalam drama manusia ideal. Di sinilah permulaan vibrasi magis itu yang membawa para pencinta dari dunia yang penuh beban dan ukuran menuju dunia mimpi dan ilham. Ia adalah penyatuan dari dua bunga yang harum semerbak, campuran dari keharuman itu menciptakan jiwa ketiga.
Wallahu'alam bisshowab.

***
Avicenna

Read more...

peminangan

Sahabatku, Tataplah Hari Esok!

Saya baru saja direcoki curahan hati seorang kawan. Ya, kawan lama yang kerap berbagi duka maupun suka, sebagai siklus kehidupan yang penuh misteri, dibalut kekalutan dan ketidakberdayaan. Demikianlah inti curahan hati kawan yang mengalir dari mulut yang tampak sekilas didera kekecewaan.
* * *
Pasalnya, suatu ketika sahabat saya itu mencoba mengutarakan rasa cinta manusiawinya terhadap seorang wanita yang menurutnya anggun, pandai menjaga diri, tegas, dewasa dan tentu komitmen agamanya yang menawan. Pokoknya ia pas di kalbu. Itulah prolog uneg-uneg sahabatku yang menjadikan saya dipenasarankan.
* * *
Sahabatku bertutur, ketimbang memendam rasa yang menyeret-nyeret ke lautan fitnah yang lebih jauh, fitnah hati yang membelunggu dan terawang lamunan yang mengangkangi hari-harinya, maka dia pun menggoreskan pena di atas kertas, untuk menyampaikan rasa cinta yang tulus ini, yaitu meminangnya sebagai calon isteri tercinta di kemudian hari.
* * *
Dan kini, curahan hati sahabatku telah dituangkan dalam bentuk tulisan dan telah berada di tangan si empunya, calon isteri idamannya. Kendati demikian, ia pun sodorkan salinan secarik surat itu ke tangan saya, dan kubaca lalu isinya adalah,
Assalaamu'alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillaah washshalaatu wassalaamu 'ala rasuulillaah.
Saudariku Seiman…
Mungkin surat ini mengejutkanmu, atau merisaukanmu, atau bahkan menyulut amarahmu. Tapi memang inilah yang dapat aku perbuat, untuk menelisik ihwalmu, agar aku lenyapkan beban fitnah di raga ini, yang dari hari ke hari kian menggumpal, untuk kemudian menjelma menjadi bola salju yang menggelinding tak terkendali.
Saudariku Seiman…
Inti pesan suratku ini, meski ragu dan segan, adalah sebuah pertanyaan yang ingin saya ajukan, yaitu, apakah Adik dalam proses peminangan? Kalau jawabannya 'Ya', maka semoga memang itu yang terbaik bagi saya dan Adik. Tapi kalau jawabannya 'Tidak', maka pertanyaan yang kemudian menyeruak adalah, sudah siapkah Adik untuk mengayuh bahtera rumah tangga? Kalau jawabannya 'Belum', maka semoga itu pun sebuah penundaan yang terbaik dari Allah. Lalu, jika jawabannya 'Sudah', maka bisakah Adik mendampingi saya untuk bersama-sama berlayar dengan bahtera itu?
Saudariku Seiman…

Memang, rangkaian pertanyaan di atas mungkin agak menohok dan tanpa tedeng aling. Tapi saya kira, terkadang ketegasan akan memupus sebuah fitnah yang mendera. Saya harap Adik memakluminya. Kini saya hanya menanti respon Adik, kendati demikian apapun jawaban Adik, semoga saya dapat menerimanya dengan lapang dada dan penuh keikhlasan. Bukankah yang kita sukai itu bisa jadi menjerumuskan kita ke hal yang lebih buruk? Atau sebaliknya, bukankah yang kita benci justru membawa kita kepada kebaikan? Begitulah firman-Nya untuk umat manusia yang daif ini.
Saudariku Seiman…
Kalau surat ini dianggap sebuah kelancangan, maka dari lubuk hati yang paling mendalam, mohon pintu maaf Adik dibukakan selebar mata memandang. Kalau ini dianggap sebuah aib, maka mohon agar Adik menutupi aib saudaranya. Dengan sangat terbuka, saya sangat menanti nasehat atau Taushiyyah dari Adik. Pamungkas, sekali lagi saya mohon dimaafkan, semoga Allah mengampuni kekeliruan saya. Itu saja surat saya.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Saudara Seimanmu di Bumi Allah
* * *
Hmm..., Pikiranku melayang jauh, dan sahabatku pun menyergap saya dengan sebuah pertanyaan, “Bagaimana suratnya, sudah dibaca semua?”
“Bagus, sebuah keberanian yang bertanggung jawab, dan penghindar fitnah yang efektif,” komentarku.
Tapi tak lama kemudian, dengan gurat wajah kuyu dan lunglainya, sahabatku itu merogoh saku baju kokonya sembari mengeluarkan lembar kertas lainnya yang lebih kecil dan berkata, “Ingin tahu jawabannya, coba baca ini!”, pintanya dengan nada memelas.
Seolah ingin cepat menjawab rasa penasaranku, apalagi dengan mimik wajahnya yang memilukan, maka tanpa basa-basi lagi langsung saja kubaca surat itu. Isinya adalah,
Assalaamu'alaikum Wr. Wb.
Saudaraku Seiman…
Terus terang saya sepakat dengan keterusterangan Kakak, menurut saya, hal ini adalah hal yang wajar, dan Kakak telah melakukannya dengan cara yang baik. Bagi saya, hal ini adalah sebuah ikhtiar, jadi sama sekali bukan merupakan sebuah aib. Jadi, tidak ada satu pun yang perlu dipermasalahkan.
Saudaraku Seiman…
Dalam hidup, adakalanya kita harus memilih, dan jawabannya adalah, saya sedang dalam proses peminangan dengan seseorang. Ini adalah pilihan saya. Semoga Kakak segera mendapatkan seorang yang terbaik buat Kakak. Jangan pernah berputus harapan, sebab Allah yang paling mengetahui tentang siapa, kapan dan bagaimana jodoh kita akan kita temui atau menemui kita. Sekian, maafkan saya.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Saudara Seimanmu di Bumi Allah
* * *
Kupandangi sahabatku. Kucoba membayangkan gejolak hatinya saat ia pertama kali membaca surat balasan si Adik, wanita idaman hatinya. Saya menduga, pasti ia tengah patah hati, kecewa, kesal, galau, kacau, risau dan membuat suaranya parau.
* * *
Tapi tampaknya, kali ini dugaan saya meleset. Ternyata senyum tegarnya menghiasi raut mukanya, seolah mimik kuyu dan lunglainya lenyap ditelan prasangka positif terhadap Rabbnya, dan memang seperti itulah seharusnya seorang Muslim berperangai,
Allah berfirman, Aku punya prasangka terhadap Hamba-Ku dan Aku bersamanya manakala ia mengingat-Ku. (HR Muslim)
Itulah Janji dari Allah, untuk memperlakukan hamba-Nya sesuai dengan prasangka dia terhadap Rabbnya. Manakala seorang hamba berprasangka positif atas Allah, maka Allah pun akan memberikannya yang lebih baik.
* * *
Ia terlihat ridha atas balasan surat itu. Sebab baginya, keridhaan adalah mata air kebahagiaan yang tak pernah kering meski diterpa kemarau.
Merupakan kebahagiaan anak Adam, manakala ia ridha atas apa yang telah Allah tetapkan terhadapnya, dan merupakan kebinasaan anak Adam, manakala ia marah atas apa yang telah Allah tetapkan terhadapnya (HR Turmudzi)
Sebab baginya, di balik keridhaan ada dimensi lain yang tengah menanti.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah: 216)
* * *
Dan saya berkeyakinan, ia telah tempuh jalan terbaik untuk mengenyahkan beban fitnah itu. Semoga hal yang baik dibalas jua dengan kebaikan.
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula. (Ar-Rahmaan: 60)
* * *
Sekali lagi, kutatap sahabatku tercinta. Aku berpikir, mungkin Allah sekedar menunda jalinan cintanya, atau ada skenario ilahi yang sulit ditebak. Lalu kupesankan kepadanya sebuah pepatah, “Garam di laut, asam di gunung, dalam belanga bertemua jua”.
"Kalau memang dia jodohmu, tak akan kemana-mana," kataku, sekedar untuk menghibur hatinya yang agak gundah gulana.
* * *
Dan saya ingatkan dia dengan pesan Rasulullah,
Dan tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah terberat bagi laki-laki daripada wanita. (HR Bukhari).
Terakhir, saya berdo'a untuknya, agar sahabatku tetap tegar, tetap optimis dan istiqomah, karena toh hari esok masih menghampar luas.
Wahai sahabatku, tataplah hari esok, jangan pernah berputus asa. Semoga Allah menguatkan hatinya.Wallahua’lam



Mencintai Dan Dicintai ?
Dear Mentari... aku tahu tiap hariku tak kan lewat tanpa sinarmu. Pun kini rasanya namamu telah mengisi ruang-ruang hati. Ada sepucuk harapan yang kadang timbul lalu pergi, bahwa diri ini selalu mencari kapan waktunya tiba untuk menjemputmu turun, ke sini".
Ummi,
Tahukah kamu, bahwa kalimat-kalimat di atas telah terukir dalam dadaku semenjak aku belum mendapatkanmu. Walau sederhana, namun ia mewakili hasrat hatiku untuk mendapatkan seorang mentari, seperti dirimu.
Ummi,
Tak terhitung ucap syukurku saat Dia membawamu ke hadapanku, saat itu. Saat kamu berkenan untuk membagi hidupmu denganku, saat kamu menyambut tawaranku untuk meminangmu, saat ikrar itu kulantunkan dan mulai detik itu kamu kan menghabiskan hari denganku, saat itu.
Mulai saat itu, Rasanya tak terhitung keindahan yang telah kamu suguhkan padaku. Melalui senyum yang kulihat setiap memulai hari, melalui tutur katamu yang bak nyanyian bidadari, melalui belai lembutmu yang telah menghapus penatku, melalui tawamu yang menyegarkan hatiku, ... semua itu adalah keindahan tak berbilang yang tak sanggup lagi kuuraikan.
Mulai saat itu, Tak sanggup pula kuhitung bilangan bubuk cinta yang telah kau taburkan, hingga laksana heroin-ia telah kuhirup dan memabukkanku sampai kini. Ketika kau basuh lukaku dengan kelembutanmu, kala aku terjatuh hingga tersungkur-dan kau memapahku hingga berdiri. Ketika kau hapus air mataku dengan kesabaranmu, kala langkahku tertatih-nyaris tak sanggup lagi menghadapi kesulitan yang pernah kita hadapi-dan kau memberikan kasihmu dengan caramu hingga tangisku berubah menjadi senyumku. Dan aku semakin cinta.
Mencintaimu,
Adalah memiliki kedua permata kecil kita, Dan aku seolah tak menginginkan apapun lagi.
Mencintaimu,
Adalah memiliki rumah sederhana kita, Dan di sanalah selalu tempatku kembali.
Mencintaimu,
Adalah memiliki seluruh detik yang telah kita lewati bersama, Dan dengannya kupersembahkan cinta ini. Walau tak terucapkan, walau mungkin tak kau rasakan, tapi percayalah, diriku mencintamu.
Mentariku,
Kau menghangatiku di sini.
-Dedicated to my beloved wife-
Menyatakan cinta kadang menjadi hal yang tidak familiar dan terasa vulgar untuk dilakukan. Sebagian orang bilang, cinta itu tak perlu dinyatakan, namun tercermin dari perilaku. Cinta itu tak perlu diperdengarkan bak rayuan gombal anak-anak muda yang sedang kasmaran, sebab cinta bisa diperlihatkan dari sikap dan tingkah laku.
Benarkah demikian?
Di saat lelah mulai merayapi hari-hari kebersamaan bersama pasangan tercinta, di saat waktu telah membuka setiap celah kelemahan dan membentangkan kenyataan dari sosok pasangan yang mendampingi kita, di saat segala bentuk persiapan dan perencanaan hidup mulai menguakkan keberhasilan atau kegagalan, di saat kita mulai menyadari betapa berartinya ia yang telah menjadi penopang kala kita lemah, penyemangat kala diri ini lelah, penghibur kala terserang gundah, ia telah menjadi teman sejati.
Jadi,
Masihkah ragu menyatakan cinta padanya?

Read more...

Membujuk Pasangan Yang Sedang Merajuk

Membujuk Pasangan Yang Sedang Merajuk

eramuslim - Pernahkah anda menghadapi pasangan yang sedang merajuk (ngambek)? Barangkali sering, atau kadang-kadang pasangan kita merajuk. Bila suami atau istri sedang merajuk, situasi menjadi tidak nyaman. Ngobrol terasa tidak enak dengan orang yang hanya diam, mulut yang bungkam, bahkan bibirnya mengerucut, atau dipunggungi di tempat tidur.
Seperti yang terjadi pada pasangan Yusuf dan Aisyah. Sudah sejak tadi pagi mereka tidak saling bicara. Percakapan yang terjadi di antara mereka hanya sebatas kalimat-kalimat pendek. Panggilan-panggilan sayang seperti, "Yang...", "Si Ayah lucu" atau "Ibuku tercayang", tidak lagi terdengar. Anak juga ikut bingung, kedua orang tua mereka sering menyuruh untuk saling menyampaikan pesan. "Hanif, bilang sama ayah, kalau korannya sudah selesai dibaca, ibu mau pinjam," kata Aisyah.
Yusuf mencolek putrinya kemudian berbisik, "Asma tolong tanyakan pada ibu di mana kemeja ayah yang warna biru?" Banyak urusan jadi macet karena sang kurir yang membawa pesan tidak selalu dapat diandalkan. Ayah dan ibu yang sedang bermasalah, anak-anak yang menjadi korban. Kekusutan yang menyebabkan perang dingin itu tidak segera dapat diurai. Padahal mereka ngambek hanya gara-gara berdebat ke mana mereka akan berkunjung di akhir pekan.Yusuf ingin menjenguk ibunya, sedangkan Aisyah tetap ngotot ingin mengajak anak-anak berenang ke pantai. Padahal baik Yusuf maupun Aisyah sudah saling memaham karakter masing-masing.
Pernikahan mereka yang sudah berjalan sekian tahun, sudah cukup memberikan mereka waktu dan kesempatan untuk saling mengenal sifat masing-masing. Namun egolah yang membuat mereka untuk tidak segera berbaikan. Kasus pasangan yang merajuk ini sebenarnya bisa dialami oleh pasangan manapun di dunia. Merajuk bisa dijadikan salah satu cara untuk mengekspresikan perasaan terhadap pasangan. Namun si perajuk seringkali tidak memperlihat ekspresi wajah yang sesungguhnya.
Gejala yang mudah dikenali adalah si perajuk selalu menghindari segala macam kontak. Jangankan sentuhan, berada pada satu ruangan saling bertegur sapa pun menjadi hal yang sangat dipaksakan. Repotnya kita tidak pernah tau apa yang menjadi penyebabnya. Seringkali kita harus menebak-nebak apakah gerangan yang terjadi?
Merajuk bisa disebabkan oleh apa saja, mulai dari masalah sepele sampai masalah yang besar bisa menjadi alasan. Merajuk tidak sama dengan stonewalling, suatu sikap mengabaikan semua pesan yang disampaikan oleh lawan bicara. Hal ini terjadi ketika seseorang merasa lelah bertengkar, ia menjadi defensif, bahkan sama sekali tidak bereaksi baik secara emosi maupun verbal terhadap lawan bicara. Sikap membatu seperti ini melambangkan pembangkangan, ketidaksetujuan, dingin dan ketidakpuasan. Pada umumnya laki-laki tidak terlalu tergugah secara psikologi menghadapi seorang stonewalling, namun seorang istri menjadi sangat dramatis dan sedih menghadapi suami yang demikian. Dalam kondisi stonewalling komunikasi sangat sulit dibangun.
Seorang yang sedang merajuk sangat sulit untuk diajak bicara dengan rasional. Kondisi ini tidak selalu bisa diperkirakan akan berlangsung berapa lama. Segi negatif dari merajuk adalah terputusnya kominikasi. Jika tidak diselesaikan dengan bijak, aksi merajuk ini bisa berlanjut menjadi perang dingin dan mengganggu keharmonisan rumah tangga. Jadi usahakan untuk segera mengakhiri aksi merajuk pasangan anda.
Tips menghadapi pasangan yang merajuk :
1. Menahan harga diri dan gengsi, tidak berguna sama sekali, sehingga tidak perlu segan untuk mengajukan tawaran berdamai lebih dahulu. Prinsipnya adalah berlomba-lomba dalam kebaikan.
2. Lupakan sejenak perdebatan tentang siapa yang salah. Ingat mundur selangkah bukan berarti kalah.
3. Lakukan pendekatan dengan taktis dan sabar, karena orang yang sedang merajuk memiliki kecenderungan emosional.
4. Pergunakan jurus-jurus rayuan yang dapat meluluhkan hatinya, bila perlu berikan hadiah dan belaian sayang.
5. Saat si perajuk mulai membuka diri, coba tanyakan apa yang membuatnya marah, namun jangan menginterogasi.
6. Cobalah untuk mengetahui apa yang yang mengusik perasaannya dan pahamilah.
7. Berikan dorongan pada pasangan anda untuk mengungkapkan isi hatinya, katakan anda akan merasa lebih baik jika mengetahui perasaannya.
8. Jadilah pendengar yang baik. Singkirkan dulu keinginan untuk berkomentar, ini saatnya untuk gencatan senjata atau justru mengalah.
9. Berbaikan, adalah akhir dari suatu pertengkaran. Dan pada keduanya akan timbul rasa saling menyayangi, saling memaafkan, saling melupakan, saling mentertawakan kekonyolan yang terjadi dan kembali mesra.

Read more...

Terkabulnya Doa Saat Sujud

بسم الله الرحمن الرحيم
Terkabulnya Doa Saat Sujud
Ibnu Muslim
[SALAFY XXIX/1419/1999/DOA]

Banyak kita jumpai dari kalangan Muslimin hanya karena ingin terkabul doanya, mencari dan mendatangi tempat-tempat keramat yang terkadang untuk menuju tempat tersebut dibutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Padahal syariat telah mengajarkan tempat berdoa yang sah dan jauh lebih mudah ditempuh. Dalam hal ini kita perlu mencermati makna hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang berbunyi :
“Hubungan terdekat antara seorang hamba dengan Penciptanya ialah ketika ia sujud, maka perbanyaklah doa pada (saat) itu.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Pada riwayat lain dari Ibnu Abbas, kata beliau, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Adapun saat sujud hendaklah kamu berdoa dengan sungguh-sungguh sebab ada jaminan untuk dikabulkan.” (HR. Muslim)
Maksud sujud dalam hadits di atas adalah sujud ketika berlangsungnya shalat, baik shalat wajib maupun sunnah. (Syarah Shahih Muslim 2/206 oleh Imam Nawawi)
Sebaik-baik doa adalah doa yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam tuntunkan kepada kita. Beliau saat sujud membaca :

“Maha Suci Rabbku Yang Maha Tinggi.” (HR. Muslim)

“Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami dan segala puji bagi-Mu. Maka ampunilah aku.” (HR. Bukhari 1/99 dan Muslim 1/350)

“Maha Suci dan Maha Bersih Rabb Malaikat-Malaikat dan Rabb Jibril.” (HR. Muslim 353 dan Abu Daud 1/230)

“Maha Suci Engkau Ya Allah dan dengan memuji bahwa tiada ilah yang pantas disembah selain Engkau.” (HR. Muslim 485)

“Ya Allah, sungguh aku berlindung dengan keridlaan-Mu dan kemarahan-Mu dengan kemaafan-Mu dari siksa-Mu dan aku berlindung dengan-Mu dari marah-Mu. Aku tidak bisa menghitung pujian atas-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.” (HR. Muslim nomor 485 dan Nasai 2/222)

“Ya Allah, aku sujud demi Engkau. Aku beriman dengan-Mu. Aku serahkan diriku pada-Mu. Wajahku sujud demi Yang menciptakan dan membentuknya serta Yang menumbuhkan pendengaran dan penglihatannya. Maka berkah Allah sebaik-baik Dzat Pencipta.” (HR. Muslim)

“Ya Allah, ampunilah semua dosaku, dosa yang kecil dan yang besar, yang pertama maupun yang terakhir, dan yang nampak maupun yang samar.” (HR. Muslim nomor 483)

“Ya Allah, ampunilah semua kesalahanku, kebodohanku, dan kelancangan, serta dosa-dosa yang Engkau lebih mengetahui dariku. Ya Allah, ampunilah kesengajaanku yang semua itu dariku. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa yang telah lewat maupun yang akan datang, yang aku sembunyikan dan yang aku nampakkan, Engkau sesembahanku. Tiada ilah yang pantas disembah kecuali Engkau.” (HR. Bukhari 11/166 dan 167 dan Muslim 2719)

”Ya Allah berikanlah cahaya dalam hatiku, pendengaranku, dan penglihatanku. Berikanlah samping kananku, samping kiriku, depanku, belakangku, atasku, dan bawahku cahaya, dan berikanlah aku cahaya.” (HR. Muslim nomor 479)

”Maha Suci Dzat Yang memiliki kekuasaan, kerajaan, kesombongan, dan keagungan.” (HR. Abu Daud 1/230. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud 1/166)
Hendaklah seseorang bersungguh-sungguh berdoa kepada Allah ketika ia sujud. Akan tetapi menurut keterangan Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam karya besarnya, Zadul Ma’ad, apakah perintah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam untuk bersungguh-sungguh dalam sujud dapat diartikan memperbanyak doa dalam sujud atau jika seseorang mau berdoa hendaklah berdoa ketika ia sujud?
Menurut Ibnul Qayyim rahimahullah, dua hal ini mempunyai perbedaan. Sebab ada dua pengertian doa. Pertama, doa yang bersifat pujian dan yang kedua, doa yang bersifat permintaan (masalah). Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dalam sujudnya memperbanyak doa tersebut baik yang bersifat pujian ataupun permintaan. Dan doa-doa tersebut di atas mencakup dua jenis doa. Dikabulkannya doa juga ada dua jenis, yaitu dikabulkannya doa orang yang meminta dengan balasan suatu pemberian dan dikabulkannya doa orang yang memuji dengan diberi pahala. Agaknya inilah tafsir ayat berikut (yang artinya) :
“Aku mengabulkan doa orang yang berdoa jika ia berdoa kepada-Ku.” (Al Baqarah : 187)
Yakni Allah mengabulkan dua jenis doa tersebut di atas, demikian menurut pendapat yang benar. (Zadul Ma’ad 1/235)
Jadi itulah doa-doa yang biasa diucapkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam ketika sujud dalam shalat. Namun kebanyakan kaum Muslimin salah memahami hadits yang memerintahkan banyak sujud dan doa. Maka kita banyak melihat di antara mereka sujud lalu berdoa setelah melakukan shalat dan wirid-wirid. Ini adalah suatu kesalahan yang perlu diluruskan (yakni kesalahan sujud dengan berdoa di luar sujudnya shalat, ed.). Di saat mereka bersungguh-sungguh dalam mengamalkan sunnah ternyata salah tata cara pengamalannya. Lahaula wala quwwata illa billah.
Wallahu A’lam Bis Shawab.

Read more...

Tentang Cinta

Tentang Cinta

Pengetahuan bersemayam dalam pikiran Tempat cinta ialah hati yang sadar-jaga Selama pengetahuan yang tak sedikit juga mengandung cinta, Adalah itu hanya permainan sulap Si Samiri Pengetahuan tanpa Ruh Kudus, hanya penyihiran (Javid Namah, Muhammad Iqbal)
eramuslim - Pernah suatu hari saya memberi makan ayam peliharaan Mama. Seperti biasa, saya langsung menaburkan makanan tersebut ke atas wadah makanan yang sedang dikerubungi anak-anak ayam yang baru menetas beberapa hari yang lalu. Tiba-tiba sang induk ayam datang dan mematuk tangan saya. Setelahnya, dia juga berusaha menghalau saya supaya menjauhi tempat itu.
Saya kemudian menanyakan perubahan sikap ayam betina tersebut kepada mama. Setahu saya, induk ayam tersebut tidak galak seperti itu sebelum punya anak. Kata mama, induk ayam bersikap demikian untuk melindungi anak-anaknya dari apapun yang dianggap membahayakan, terlebih lagi kondisi mereka masih sangat lemah. Ia akan melakukan apa saja demi keselamatan anak-anaknya. Dan induk ayam itu mungkin curiga kalau saya akan mengganggu anak-anaknya. Tapi sebenarnya itu adalah bukti kecintaan induk ayam pada anak-anaknya itu. Berangkat dari sana, saya kemudian mengartikan bahwa cinta merupakan sikap ingin memberi dan melindungi.
Adalah seorang wanita yang bernama Nur Nahar, yang begitu menghayati arti cinta. Inilah wanita di balik kebesaran seorang Muhammad Natsir, pejuang pergerakan Islam dan kemerdekaan Indonesia. Ia adalah seorang tipe seorang istri yang tahu bagaimana memantapkan derap langkah sang suami. Bahkan ketika Natsir harus bertahan di rimba belantara Sumatera Barat, Nur Nahar tidak menjadi cengeng dan larut dalam emosi. Keadaan yang serba terbatas dan tertekan tidak membuatnya mengeluh, apalagi melunturkan cinta pada suami dan buah hati tercinta.
Selain menjadi istri pejuang, ia sendiri juga seorang pejuang. Sekolah Pendidikan Islam (Pendis) adalah salah satu pergerakan yang merasakan sentuhan tangannya. Demi Pendis, sebuah gelang yang telah dimilikinya sejak masih gadis berkali-kali masuk pegadaian. Ia tahu, perjuangan itupun adalah salah satu wujud cinta. Dan bukanlah namanya cinta jika pengorbanan tiada sanggup tertorehkan. Tak heran jika sang suami pun sangat menyanjungnya. Maka simaklah tulisan yang dikirimkan Natsir kepada anak-anaknya tentang satu dari sekian pengorbanan istrinya ini, "Sudah berapa kalinya Ummie membuka gelang itu dari tangannya tak ingat Aba lagi. Yang Aba masih ingat benar ialah, bahwa tidak pernah air muka Ummie berobah atau mendung di waktu-waktu Ummie terpaksa melurutkan perhiasan itu dari tangannya untuk dikirim ke tempat penyimpanannya yang terkenal itu. Tidak pernah! Begitulah Ummie! Semuanya untuk cita-cita, hendak berbakti kepada Allah dan berkhidmat kepada Islam."
Dan izinkanlah saya berbagi. Sewaktu kuliah, saya pernah dihadang masalah akademik yang cukup pelik. Saya panik dan takut jika itu akan berbuntut panjang bagi perjalanan studi selanjutnya. Ditambah pula saat-saat itu adalah masa menjelang ujian akhir semester, belum lagi saya harus merampungkan laporan pertanggungjawaban kepengurusan sebuah unit kegiatan yang saya ikuti. Pikiran saya benar-benar buntu dan tidak tahu harus berbuat apa.
Ternyata, teman-teman tidak membiarkan saya sendirian. Mereka bahkan memberikan energi positif dengan berbagai cara supaya saya bersemangat. Ada yang mengingatkan supaya senyum saya tidak memudar, ada yang memberi cerita-cerita motivasi, ada yang berpesan agar saya tetap bersabar dan lebih dekat pada Allah, dan ada pula yang rela meluangkan waktunya untuk mendengar curahan hati saya. Jujur saja, saya tidak pernah menyangka akan mendapat respon seperti itu. Saya seperti menemukan berkas cahaya di dalam kegelapan. Di tengah kegalauan itu, saya pun sanggup tersenyum dan alhamdulillah akhirnya berhasil melewati masa-masa sulit itu. Sekarang, setelah semua itu lama berlalu, saya merasakan mereka masih menempati bilik-bilik istimewa di dalam hati saya.
Jazakumullahu bi ahsanal jaza'...
***
Mencintai dan dicintai adalah hal yang sungguh membahagiakan. Kehadiran cinta membuat hari-hari lebih berbunga. Semarak warna sumringah. Melipatgandakan energi. Memercikkan embun-embun ketenangan pada batin. Dan membuat hidup terasa punya makna. Benar sekali yang dikatakan banyak orang, cinta memang sangat indah.
Kekuatan cinta mampu membawa seseorang serasa membumbung ke angkasa raya. Mampu menggerakkan tangan para pujangga untuk mengukir syair-syair cinta. Mampu membuat Taj Mahal berdiri megah di tanah Hindustan. Mampu menuliskan kisah kasih abadi antara Laila dan Majnun. Mampu memompa semangat seorang ayah untuk mencari penghasilan sebanyak-banyaknya untuk kebahagiaan anak istrinya. Dan keberlangsungan Bani Adam di muka bumi ini juga tak lepas dari peranan cinta. Ah, bicara tentang cinta memang tidak akan ada habis-habisnya. Direguk sepanjang zaman dan menjadi inspirasi dalam berbagai segi kehidupan.
Perihal cinta-mencintai adalah sesuatu yang juga diserukan oleh Baginda Rasulullah. Sebagaimana yang pernah dititahkannya, "Barang siapa yang tidak menyayangi orang lain, ia tidak akan disayangi." (HR. Bukhari, diriwayatkan dari Jarir bin Abdullah Al Bajali)
Atau dengar pula sabdanya yang lain, "Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, kalian tidak masuk surga sehingga kalian beriman. Dan kalian tidak beriman sehingga saling mencintai..." (HR Muslim) Kemudian, bagaimana pula cerita cinta kita dengan Yang Maha Mencintai?
Sejatinya, cinta ini yang tertinggi. Cinta ini pula yang membuat cinta-cinta lain menjadi lebih bermakna dan lebih mulia sejagad raya. Sungguh kita tak akan pernah bertepuk sebelah tangan mengejar cinta ini. Rasa kecewa tak akan pernah hadir sebab Ia selalu Maha Memberi apa yang terbaik buat para pecinta-Nya. Sebab Ia selalu bersama mereka. Sebab Ia Maha Mendengar segala pinta. Dan sebab Ia adalah puncak segala cinta.
Apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan sekarang ini adalah semua tanda-tanda kebesaran cinta-Nya. Dalam Raudhah Al Muhibbin wa Al Musytaqin (Taman Orang-orang yang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu), Ibnul Qayyim Al Jauziyah bertutur, "Semua gerak di alam raya ini, di langit dan di bumi, adalah gerak yang lahir dari kehendak dan cinta."
Cinta Allah dinyatakan dengan jelas dalam rangkaian kalimat kauniyah dan qauliyah-Nya. Dan sekiranya lautan dijadikan tinta untuk menuliskan semuanya, niscaya lautan itu akan mengering sebelum mencapai sepersepuluhnya. Tapi, kenapa Ia masih bertanya kepada kita? "Maka terhadap nikmat Rabbmu yang manakah kamu ragu-ragu?" (QS. An-Najm [53]:55)
Benarkah keraguan itu masih terbersit?
Mungkin apa yang disampaikan kekasih-Nya berikut ini dapat memberi sedikit lagi gambaran tentang besarnya cinta Allah, "Sesungguhnya Allah membagi kasih sayang ke dalam seratus bagian dan menyimpan yang sembilan puluh sembilan padanya dan menurunkan yang satu bagian ke bumi. Dan oleh karena kasih sayang yang satu bagian itulah makhluk-makhluk-Nya saling menyayangi satu sama lain. Bahkan seekor unta betina menjauhkan kakinya dari anaknya yang baru lahir karena khawatir menginjaknya." (HR. Bukhari, diriwayatkan dari Abu Hurairah)
Ya Allah, betapa ku ingin Engkau cintai...
***
Sri Susanti, Rabi'ul Awwal, 1426 H

Read more...

Allah Menjawab Do'a dengan CaraNya

Allah Menjawab Do'a dengan CaraNya


Pada suatu hari, seorang wanita sedang mengajar keponakannya. Dia biasanya menyimak apa yang diajarkan bibinya, tetapi kali ini dia tidak bisa berkonsentrasi. Karena salah satu kelerengnya hilang. Tiba-tiba anak itu berkata : "Bi, bolehkan aku berlutut dan meminta Allah untuk menemukan kelerengku?"

Ketika bibinya mengizinkan, anak itu berlutut di kursinya, menutup matanya dan berdo'a dengan sungguh-sungguh. Kemudian dia bangkit dan melanjutkan pelajaran.

Keesokan harinya, bibinya yang takut do'a keponakannya tidak terjawab dan dengan demikian melemahkan imannya, dengan khawatir bertanya : "Sayang apakah engkau sudah menemukan kelerengmu?"
"Tidak Bi", jawab anak itu, "Tetapi Allah telah membuatku tidak menginginkan kelereng itu lagi."

Alangkah indahnya iman anak itu. Allah memang tidak selalu menjawab do'a kita menurut kehendak kita, tetapi jika kita tulus berdo'a, Dia akan mengambil keinginan kita yang bertentangan dengan kehendakNya. Masalah terbesar dari do'a adalah bagaimana membiarkannya mengalir dan mengizinkan Allah menjawab dengan caraNYA

Read more...

Akhlah Muslim Sejati

>> Jumat, 21 November 2008

Muqoddimah
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أما بعد:
Sesungguhnya Alloh telah menjadikan Islam sebagai risalah penutup yang langgeng untuk seluruh manusia dengan beragam warna kulit dan jenis mereka serta di manapun dan kapan pun mereka berada. Dan Alloh telah memberikan Islam berbagai keistimewaan tersendiri yang menakjubkan, seperti ajarannya yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, sifat wasathiyyah yaitu tengah-tengah antara sifat ifrath (ghuluw/berlebihan) dan sifat tafrith (lalai dan meremehkan), serta senantiasa aktual dan sesuai untuk setiap waktu dan tempat. Maka dengan karunia Alloh, Islam menjadi petunjuk dan pembimbing bagi manusia, petunjuk menuju jalan kebahagiaan, kebaikan, kegembiraan dan kesenangan di dunia dan akhirat.
Dan sebagaimana telah dimaklumi bahwa ajaran-ajaran Islam meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Islam mengatur hubungan antara pribadi manusia dengan Alloh Penciptanya, hubungan antara pribadi seseorang dengan yang lain dan hubungan antara pribadi seseorang dengan dirinya sendiri. Tiada satu pun sifat keutamaan dan akhlak mulia melainkan Islam menyeru kepadanya dan menganjurkan untuk berpegang dengannya. Sebaliknya tiada satu pun sifat kejelekan dan akhlak melainkan Islam peringatkan tentang bahayanya dan memerintahkan untuk menjauhinya. Sehingga kehidupan manusia bisa tertib dan teratur di bawah aturan Alloh yang kokoh, yang jika seseorang menjalankan ajaran-ajarannya ia akan sukses dan beruntung, sedangkan jika ia menjauhinya maka ia akan merugi
Akhlak mulia merupakan salah satu asas terpenting dalam ajaran Islam untuk membina pribadi dan memperbaiki masyarakat. Karena keselamatan masyarakat, kekuatan, kemuliaan, dan kewibawaan pribadi-pribadinya sangat tergantung kepada sejauh mana mereka berpegang dengan akhlak mulia tersebut. Dan masyarakat akan hancur dan rusak tatkala mereka meninggalkan dan menjauhi akhlak yang terpuji.
Setiap syariat dan agama memiliki perhatian yang serius terhadap gejala penyakit akhlak yang dapat menjadikan masyarakat terperosok. Dan dengan masing-masing ajarannya memperingatkan umatnya akan bahaya akhlak yang buruk serta menyeru agar mereka menjauhinya.
Sejarah telah menunjukkan kepada kita bahwa suatu umat yang bisa bangkit dan tegak, maju dan cemerlang peradabannya, adalah karena pribadi-pribadi mereka memiliki jiwa yang kuat, tekad yang bulat, cita-cita yang luhur, akhlak yang terpuji, perjalanan hidup yang mulia, saling berhubungan dengan erat di antara mereka dan keluarga mereka. Mereka menjauhi hal-hal yang merusak, perbuatan-perbuatan hina dan buruk, tidak melampiaskan nafsu mereka dalam segala kelezatan dan syahwat, jauh dari kejahilan dan penyimpangan.
Dan kita dapati semua itu dalam ajaran-ajaran Islam, karena Islam mengarahkan setiap pribadi manusia untuk membina fisik dan jiwanya secara sempurna dan seimbang, tidak timpang pada salah satunya. Islam menyeru agar mereka berpegang dengan akhlak mulia dan mendakwahkannya, dan agar mereka meninggalkan serta menjauhi segala akhlak yang buruk.
Ajaran akhlak yang mulia ini telah diperlihatkan oleh suri teladan umat ini yaitu Rosululloh yang telah disifati oleh Alloh dengan firman-Nya,
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya engkau benar-benar berada di atas akhlak yang mulia." (QS. Al Qalam: 4)
Sa'ad bin Hisyam pernah bertanya kepada 'Aisyah rodhiallohu 'anha tentang akhlak Rosululloh, maka 'Aisyah rodhiAllohu 'anha menjawab, "Akhlak beliau adalah Al Quran." Lalu Sa'ad berkata, "Sungguh saya ingin berdiri dan tidak lagi menanyakan sesuatu yang lain." (HR. Muslim)
Oleh karena itu, Rosululloh merupakan sosok pribadi yang paling bagus akhlaknya seperti yang disaksikan oleh Anas bin Malik pembantu Rosululloh selama sepuluh tahun- ketika beliau berkata, "Rosululloh adalah orang yang paling bagus akhlaknya." (HR. Muslim)
Maka pantaslah Rosululloh menjadi suri teladan bagi kita dalam segala aspek kehidupan beliau shollallohu 'alaihi wa sallam seperti yang telah diberitakan oleh Alloh dalam firman-Nya,
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (pertemuan dengan) Alloh dan (keselamatan di) hari akhir dan dia banyak menyebut Alloh." (QS. Al Ahzab: 21)
Dan Rosululloh sendiri telah memotivasi umatnya yang beriman untuk berpegang teguh dengan akhlak yang bagus dan menjauhi akhlak yang buruk, seperti dalam sabda-sabda beliau berikut ini:
Dari Abu Darda' bahwa Nabi bersabda:
((ما من شيء أثقل في ميزان المؤمن يوم القيامة من حسن الخلق، وإن الله تعالى ليبغض الفاحش البذيء))
"Tiada suatu perkara yang paling memberatkan timbangan (kebaikan) seorang mukmin pada hari kiamat selain daripada akhlaq mulia, dan sesungguhnya Alloh amat benci kepada seorang yang buruk perbuatan dan ucapannya." (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Syaikh al Albani)
Dari Abu Hurairah bahwa Rosululloh pernah ditanya tentang perkara yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga, maka beliau menjawab,
تقوى الله وحسن الخلق
"Bertakwa kepada Alloh dan berakhlak mulia."
Sementara ketika ditanya tentang perkara yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau menjawab,
الفم والفرج
"Mulut dan kemaluan." (HR. Tirmidzi dan dihasankan sanadnya oleh Syaikh Albani)
Dan Rosululloh menjelaskan bahwa mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling sempurna akhlaknya, seperti yang beliau sabdakan,
إن أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا، وخياركم خياركم لنسائهم
"Sesungguhnya mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling bagus akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya." (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Syaikh Albani)
Bahkan Rosululloh telah menjadikan orang-orang yang berakhlak mulia sebagai orang-orang yang paling dekat duduknya dengan Rosululloh sebagaimana dalam sabdanya,
إن من أحبكم إلي وأقربكم مني مجلسا يوم القيامة أحسنكم أخلاقا، وإن أبغضكم إلي وأبعدكم مني مجلسا يوم القيامة الثرثارون والمتشدقون والمتفيهقون، قالوا: يا رسول الله، قد علمنا الثرثارون والمتشدقون فما المتفيهقون؟ قال: المتكبرون
"Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah yang paling bagus akhlaknya, dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya dariku pada hari kiamat adalah tsartsarun (yang banyak bicara), mutasyaddiqun (yang bicara sembarangan lagi mencela manusia) dan mutafaihiqun.” Para sahabat berkata, "Wahai Rosululloh, kami telah mengetahui tsartsarun dan mutasyaddiqun, tapi siapakah mutafaihiqun itu?" Rosululloh menjawab, "Mutakabbirun" (orang-orang yang sombong)." (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Syaikh Albani)
Namun, problem yang amat jelas kita lihat di dunia Islam sekarang yaitu bahwa umat Islam telah meninggalkan akhlak mulia yang diseru oleh agama mereka sendiri yang bersumber dari Al Kitab dan As Sunnah. Kita melihat bahwa agama Islam berada di suatu tempat dan kaum muslimin berada di tempat lain yang berjauhan. Seorang muslim hanya membawa Islam pada nama dan KTP-nya saja. Tetapi dalam praktek keseharian, muamalah dan seluk beluknya tidak didapati nilai-nilai ajaran Islam yang mulia tersebut. Arahan-arahan Islam tidak berlaku, norma-normanya tidak memiliki tempat, dan kaidah-kaidah Islam tidak lagi terhormat dalam diri mereka. Demikianlah kenyataan yang memilukan yang menimpa umat Islam, yang semakin hari sepertinya semakin jauh dan lalai dari mempraktekkan nilai-nilai agama mereka yang mulia, sehingga pantas pula jika umat Islam mengalami berbagai bencana hari demi harinya, kekalahan-kekalahan di setiap tempat mereka, serta ketertinggalan dari umat-umat yang lain. Umat Islam sepertinya tidak lagi memiliki 'izzah (kemuliaan dan kewibawaan) yang dapat membuat umat-umat lain segan kepada mereka. Itu semua karena umat Islam tidak berpegang teguh dengan nilai-nilai ajaran agama mereka. Benarlah apa yang dikatakan oleh Umar bin Khaththab,
إنا كنا أذل قوم فأعزنا الله بالإسلام فمهما نطلب العز بغير ما أعزنا الله به أذلنا الله
"Kita dahulu adalah kaum yang terhina lalu Alloh memuliakan kita dengan Islam, maka jika kita mencari kemuliaan dengan selainnya niscaya Alloh akan menghinakan kita." (HR. Hakim dan ia berkata, "Shahih sesuai syarat/standar Bukhari dan Muslim”, dan disahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih at Targhib wa at Tarhib)
Dan kaum muslimin akan tetap berada dalam kehinaan selama mereka meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang agung lagi mulia dan cenderung mengikuti hawa nafsu dalam meraih kemewahan dunia sampai mereka mau kembali kepada agama mereka.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
((إذا تبايعتم بالعينة وأخذتم أذناب البقر ورضيتم بالزرع وتركتم الجهاد سلط الله عليكم ذلا لا ينـزعه حتى ترجعوا إلى دينكم))
"Apabila kalian berjual beli dengan 'inah (riba), memegangi ekor-ekor sapi dan senang dengan cocok tanam (yakni lebih condong kepada kesenangan dunia), serta meninggalkan jihad, niscaya Alloh akan menimpakan kehinaan kepada kalian yang tidak akan Alloh cabut sampai kalian mau kembali kepada agama kalian." (HR. Abu Daud dan disahihkan oleh Syaikh Albani)
Maka sudah saatnya bagi kaum muslimin untuk bangkit dengan kembali kepada ajaran-ajaran agama mereka yaitu Islam yang lurus, agar mereka dapat kembali memperoleh 'izzah (kemuliaan dan kewibawaan) seperti yang telah diraih oleh pendahulu mereka Salafus Shalih sehingga mereka akan menjadi umat yang kuat dan kokoh yang disegani oleh umat-umat lainnya. Tentunya yang paling penting adalah menggali kembali nilai-nilai mulia Islam tersebut dengan mempelajari Kitabulloh dan Sunnah Rosululloh serta siroh kehidupan Salafus Shalih yang telah mewariskan jejak-jejak mulia yang harus kita telusuri dan ikuti, di antaranya adalah warisan akhlak yang baik dan mulia. Wallohul Muwaffiq. (Dari Tauthi'ah pentahkiq kitab Makarimul Akhlaq karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah �dengan perubahan-).
Definisi Akhlaq
Akhlaq (أَخْلاَقٌ) menurut etimologi bahasa Arab adalah bentuk jamak dari khuluq (خُلُقٌ) yang di antaranya berarti jalan hidup/adat kebiasaan, tabiat dan perangai. (Ibnul Atsir dalam Gharibul Hadits). (Dari Ridalah Min Akhlaq ar Rasul al Karim hal. 20 � Syaikh Abdul Muhsin al Abbad).
Sedangkan menurut istilah ia mengandung dua makna, salah satunya lebih umum dari yang lain, yaitu:
1.Sifat yang tertanam dengan kokoh dalam setiap jiwa, baik yang terpuji maupun tercela. (Min Akhlaq ar Rasul al Karim hal. 20 � Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad) atau dengan ungkapan lain yaitu: Gambaran batin yang telah ditabiatkan kepada manusia. (Kitabull Ilmi hal. 256� Syaikh Ibnu Utsaimin).
2.Sifat yang berwujud sikap berpegang teguh kepada hukum-hukum dan adab-adab syariat, baik berupa perintah yang harus/perlu dikerjakan atau larangan yang harus/perlu ditinggalkan. (Min Akhlaq ar Rasul al Karim hal. 20� Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad) atau dengan kata lain bahwa jenis kedua ini dapat dihasilkan dengan usaha dan latihan yang diupayakan oleh manusia. (Kitabul Ilmi hal. 256 � Syaikh Ibnu Utsaimin).
Jadi, akhlak itu ada yang berupa tabiat dan perangai yang telah ditanamkan oleh Alloh pada setiap jiwa manusia dan bersifat umum, meliputi perangai yang terpuji dan tercela. Dan ada pula yang berupa sifat yang diusahakan dengan mempelajari dan berpegang teguh kepada hukum-hukum dan adab-adab syariat dan ini lebih khusus dari yang pertama.
Contoh jenis pertama adalah seperti apa yang dikatakan Nabi kepada Asyaj Abdul Qais,
إن فيك لخلقين يحبهما الله: الحلم والأناة، فقال: أخلقين تخلقت بهما ؟ أم خلقين جبلت عليهما ؟ فقال: ((بل خلقان جبلت عليهما))، فقال: الحمد لله الذي جبلني على خلقين يحبهما الله تعالى.
"Sesungguhnya ada pada dirimu dua perangai yang disukai oleh Alloh yaitu santun dan hati-hati (tidak tergesa-gesa)." Asyaj berkata, "Apakah dua perangai tersebut adalah yang kuupayakan atau yang ditabiatkan kepadaku?" Nabi menjawab, "Dua perangai yang telah ditabiatkan kepadamu." Maka Asyaj pun berkata, "Segala puji bagi Alloh yang telah menabiatkan dua perangai yang Alloh sukai." (HR. Abu Daud �dengan lafaz yang mendekati- dan lafal ini dinukil dari Syarah al Aqidah ath Thahawiyah serta disahihkan oleh Syaikh Albani. Dan bagian pertama asalnya ada dalam Shahih Muslim juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Tirmidzi dan selainnya). (Min Akhlaq ar Rasul al Karim hal. 256).
Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan bahwa hadits ini menjadi dalil yang menunjukkan adanya akhlak terpuji yang berupa tabiat asal yang diberikan oleh Alloh kepada diri seseorang dan ada yang diupayakan. Dan bahwa yang merupakan tabiat itu lebih utama daripada yang diupayakan. (Kitabul Ilmi 256).
Adapun contoh jenis kedua adalah apa yang terisyaratkan dalam sabda beliau,
البر حسن الخلق
"Kebaikan itu (terletak pada) akhlak yang bagus/mulia." (HR. Muslim)
Dan seperti dalam jawaban 'Aisyah rodhiallohu 'anha ketika menafsirkan firman Alloh,
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Ia menjawab, "Akhlaknya (Rosululloh) adalah Al Quran." (HR. Muslim) (Min Akhlaq ar Rasul al Karim hal. 21). Dan tentunya yang kita bahas adalah akhlaq yang terpuji.
Aspek Cakupan Akhlak
Banyak orang yang memahami dan mengira bahwa akhlak mulia itu hanya menyangkut hubungan dengan makhluk yang lain dan tidak menyangkut hubungan dengan Khalik (Alloh). Namun itu merupakan pemahaman yang salah, karena akhlak mulia ini juga mencakupi hubungan dengan Khalik (Alloh) sebagaimana mencakupi hubungan dengan makhluk.
Adapun yang menyangkut hubungan dengan Alloh, maka terangkum dalam tiga hal pokok yaitu:
1.Membenarkan segala kabar berita dari Alloh.
2.Melaksanakan dan merealisasikan hukum-hukumNya.
3.Bersabar dan ridho terhadap takdir Alloh.
Inilah tiga perkara pokok yang bermuara kepadanya berbagai macam akhlak mulia terhadap Alloh. Berikut ini sedikit penjelasan tentang tiga hal tersebut.
1. Membenarkan segala berita dari Alloh................
Artinya bahwa seseorang tidak boleh ragu dan bimbang terhadap kebenaran berita dari Alloh, karena Alloh subhanahu wa ta'ala tidaklah memberitakan sesuatu melainkan atas dasar ilmu-Nya lagi Dia adalah Yang paling benar perkataannya sebagaimana firman-Nya,
وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللهِ حَدِيثًا
"Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Alloh." (QS. An Nisaa: 87)
Dengan akhlak ini seseorang bisa membela segala berita yang bersumber dari Alloh dan menjawab semua syubhat, baik dari kalangan kaum muslimin yang mengadakan bid'ah dalam agama maupun dari luar kaum muslimin. Demikian pula terhadap kabar berita dari Rosululloh, maka seseorang juga harus meyakini kebenarannya apalagi kalau itu adalah berita tentang perkara gaib yang sudah jelas bahwa beliau tidak mengatakannya kecuali dari wahyu Alloh. Alloh berfirman menceritakan Rasul-Nya,
وَمَايَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلاَّوَحْيٌ يُوحَى
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (QS. An Najm: 3-4)
Sebagai contoh bahwa beliau pernah bersabda,
((إذا وقع الذباب في شراب أحدكم فليغمسه ثم لينزعه، فإن في إحدى جناحيه داء والأخرى شفاء))
"Apabila lalat jatuh ke dalam minuman salah satu dari kalian maka celupkanlah (lalat tersebut) kemudian buanglah, karena pada salah satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap yang lainnya ada penawar." (HR. Bukhari)
Maka dalam hadits ini terdapat berita dan termasuk perkara gaib yang tidak mungkin beliau mengatakannya dari diri beliau sendiri tanpa wahyu dari Alloh. Karena beliau adalah manusia yang tidak mengetahui perkara gaib kecuali apa yang diwahyukan kepada beliau. Bahkan Alloh yang memerintahkan Rasul-Nya,
قُلْ لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيّ
Katakanlah, "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Alloh ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku ini malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang telah diwahyukan kepadaku�" (QS. Al An'am: 50)
Maka berita Rosululloh di atas harus disikapi dengan akhlak mulia yaitu dengan menerimanya sepenuh hati dan bahwa apa yang diberitakan oleh Rosululloh adalah haq dan benar meskipun ada orang-orang yang membantahnya. (Lihat Kitabul Ilmi 257-258).
2. Melaksanakan dan Merealisasikan Hukum-hukum Alloh
Akhlak seseorang terhadap hukum-hukum Alloh adalah dia harus menerimanya lalu melaksanakan dan merealisasikannya. Tidak menolak satu pun hukum Alloh. Jika seseorang menolaknya maka itu merupakan bentuk akhlak yang buruk terhadap Alloh yang telah menciptakannya. Dan penolakan ini mencakupi pengingkaran terhadap hukum tersebut, tidak mau mengamalkannya dengan kesombongan atau meremehkan pengamalannya.
Misalnya ibadah shiyam (puasa) yang dirasa berat bagi seseorang, karena dia harus meninggalkan hal-hal yang disukainya dan dibutuhkannya seperti makan, minum dan jima'. Tetapi seorang mukmin yang bagus akhlaknya terhadap Rabbnya ia akan menerima beban berat tersebut dengan lapang dada dan tenang, maka ia pun menjalani hari-hari panjang yang panas dalam keadaan ridho dan lapang dadanya, karena dia orang yang berakhlak bagus terhadap Rabbnya. Berbeda halnya dengan yang buruk akhlaknya terhadap Alloh, maka ia akan mengeluh dan tidak menyukai ibadah ini. Dan kalaulah bukan karena kekhawatirannya terhadap suatu akibat buruk tentulah dia tidak akan menunaikan shiyam. (Lihat Kitabul Ilmi 259).
3. Bersabar dan Ridho terhadap Takdir Alloh
Kita semua mengetahui bahwa takdir Alloh yang berlaku pada setiap hamba itu ada yang menyenangkan hamba dan ada yang tidak. Misalnya setiap orang menginginkan sehat dan tidak menginginkan sakit. Tetapi Alloh menakdirkan dengan hikmah-Nya untuk memvariasikan dua keadaan tersebut pada setiap manusia. Maka seperti apa akhlak yang mulia terhadap Alloh dalam masalah takdir-Nya ini?
Yaitu seseorang harus ridho dengannya dan tenang menerimanya. Dan meyakini bahwa tidaklah Alloh menakdirkan itu semua melainkan untuk suatu hikmah dan tujuan yang terpuji. Oleh karena itu Alloh memuji orang-orang yang bersabar �ketika ditimpa musibah dan mengucapkan kalimat istirja' dalam firman-Nya,
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
"Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar." (QS Al Baqoroh: 155) (Lihat Kitabul Ilmi hal. 256-262 �secara ringkas dan dengan perubahan-).
Di antara bentuk-bentuk akhlak mulia terhadap Alloh juga adalah sebagai berikut:
a. Ikhlas
Yaitu memurnikan ibadah hanya untuk Alloh seperti yang Alloh firmankan,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
"Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus�" (QS. Al Bayyinah: 5)
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَهُ الدِّين َ، أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
"Maka sembahlah Alloh dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allohlah agama yang bersih (dari syirik)." (QS. Az Zumar: 2-3)
Di antara ciri ikhlas adalah seseorang mengerjakan ibadah dengan kontinu dan tetap istiqomah dalam ibadahnya tersebut. Seperti diisyaratkan dalam sabda Nabi sholallohu 'alaihi wasallam,
استقيموا و لن تحصوا و اعلموا أن خير أعمالكم الصلاة و لا يحافظ على الوضوء إلا مؤمن
"Istiqamahlah sampai tak terhingga, dan ketahuilah bahwa sebaik-baik amalan kalian adalah shalat, dan tidak ada yang memelihara wudhu kecuali mukmin." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah. Disahihkan oleh Syaikh Albani)
Dan hadits:
إذا رأيتم الرجل يعتاد المساجد فاشهدوا له بالإيمان
"Jika kalian melihat seseorang membiasakan diri (shalat di) masjid, maka saksikanlah bahwa ia seorang mukmin." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan yang lainnya. Dan ada kelemahan pada sanadnya meskipun maknanya sahih sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Albani dalam ta'liq/catatan beliau terhadap kitab Riyadhus Shalihin pada hadits no. 1067) (Makarimul Akhlaq hal. 27-28).
b. Takwa
Sesuai perintah Alloh,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُوراً تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ.
"Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Alloh dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Alloh memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kalian�" (QS. Al Hadid: 28)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Alloh dan katakanlah perkataan yang benar." (QS. Al Ahzab: 70) (Makarimul Akhlaq hal. 35-36).
c. Rasa Malu
Sifat malu yang dimaksud adalah yang bisa mencegah seseorang dari berlaku buruk dan maksiat kepada Alloh. Oleh karena itu Nabi menggolongkan sifat malu seperti ini sebagai bagian dari keimanan dalam sabdanya,
الحياء من الإيمان
"Malu adalah bagian dari iman." (HR. Muslim) (Makarimul Akhlaq hal. 73).
d. Taubat
Taubat adalah di antara bentuk ibadah yang agung, yang maknanya adalah seseorang kembali kepada Alloh dan memohon ampunan-Nya setelah berbuat salah dan dosa. Sebesar apapun dosa dan kesalahan hamba, bila dia bertaubat kepada Alloh niscaya Alloh akan mengampuninya dan menghapus dosanya tersebut. Alloh berfirman,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ
"Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh. Sesungguhnya Alloh mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu, dan berserah dirilah kepada-Nya�" (QS. Az Zumar: 53-54)
Bahkan meskipun itu dosa kekafiran, jika seorang kafir meninggalkan kekafirannya dan menuju Islam, maka dosa-dosanya yang lalu akan diampuni. Alloh berfirman,
قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ….
"Katakanlah kepada orang-orang kafir, jika mereka berhenti (dari kekafirannya) niscaya akan diampuni dosa-dosa mereka yang terdahulu." (QS. Al Anfal: 38)
Dan Nabi pernah berkata kepada 'Amr bin al 'Ash yang dahulunya termasuk pembesar orang-orang kafir,
يا عمرو: أما علمت أن الإسلام تجب ما كان قبله
"Wahai 'Amr, tidakkah kau tahu bahwa Islam akan menutupi (dosa-dosa) yang terdahulu." (HR. Muslim) (Makarimul Akhlaq hal. 103-105).
Dan lain sebagainya.
Adapun akhlak mulia terhadap sesama makhluk khususnya terhadap sesama Muslim, maka telah didefinisikan oleh Hasan al Bashri rahimahulloh yang menyatakan bahwa akhlak mulia itu adalah:
كف الأذى، وبذل الندى، وطلاقة الوجه
"Tidak menyakiti, ringan tangan (suka menolong) dan bermuka manis terhadap yang lain."
Maka dalam perkataan beliau terdapat tiga hal pokok yang merupakan akhlak mulia terhadap sesama makhluk, yaitu:
1. Tidak menyakiti orang lain.
Baik terkait dengan harta, jiwa maupun harga dirinya. Barang siapa yang tidak bisa menahan diri dari menyakiti orang lain maka berarti dirinya berakhlak buruk. Padahal Rosululloh telah menyiarkan hal ini di hadapan kumpulan yang terbesar dari umatnya yaitu ketika haji wada' dengan sabdanya,
إن دماءكم، وأموالكم، وأعراضكم، عليكم حرام، كحرمة يومكم هذا، في شهركم هذا، في بلدكم هذا
"Sesungghnya darah, harta dan harga diri kalin itu haram (terhormat), seperti terhormatnya hari, bulan dan negeri kalian ini." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka jika seseorang berkhianat dalam harta orang lain, memukul dan berbuat jahat terhadap orang lain atau mencela harga diri dan menggunjing orang lain, berarti dia bukan seorang yang berakhlak mulia terhadap sesama. Misalnya berlaku buruk terhadap tetangga, maka Nabi telah mengatakan tentang orang yang berlaku demikian dalam sabdanya,
والله لا يؤمن، والله لا يؤمن، والله لا يؤمن. قيل: من يا رسول الله؟ قال: الذي لا يأمن جاره بوائقه. رواه البخاري ومسلم، وفي رواية لمسلم .لا يدخل الجنة من لا يأمن جاره بوائقه. �والبوائق هي الشرور-.
"Demi Alloh tidaklah seorang beriman (3x)." Beliau ditanya, "Siapakah itu wahai Rosululloh?" Beliau menjawab, "Yaitu yang tetangganya tidak merasa aman dengan kejahatannya." Dalam riwayat Muslim: "Tidak akan masuk surga seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya." (Kitabul Ilmi hal. 262, 263).
Dan seorang muslim yang dapat menahan diri dari menyakiti orang lain dengan lidah maupun anggota badannya, maka ia adalah muslim sejati, sebagaimana sabda Nabi,
المسلم من سلم الناس من يده ولسانه…
"Muslim (sejati) adalah yang orang lain selamat dari (gangguan) tangan dan lidahnya�" (Muttafaqun 'alaihi) (Ushul al Manhaj al Islami hal. 541).
2. Ringan tangan (suka menolong/dermawan).
Sifat menolong dan dermawan bukan hanya dengan harta, tetapi meliputi pengorbanan jiwa, kedudukan dan harta. Jika seseorang memenuhi kebutuhan manusia, membantu dalam mengarahkan urusan mereka, menebarkan ilmu dan membagi-bagikan hartanya kepada manusia, maka kita menyifati dirinya sebagai orang yang berakhlak mulia karena dia telah berkorban dalam hal-hal tersebut.
Nabi bersabda,
اتق الله حيثما كنت، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن
"Bertakwalah kepada Alloh di manapun kau berada, dan susullah keburukan itu dengan kebaikan, serta pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Darimi dan dihasankan derajatnya oleh Syaikh Albani)
Maka jika seseorang dizalimi atau diperlakukan buruk oleh orang lain maka lebih baik memaafkannya. Karena Alloh memuji orang-orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain dalam firman-Nya tentang sifat penghuni surga,
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali Imran: 134)
Alloh juga berfirman,
وأن تعفوا أقرب للتقوى
"Dan kamu memaafkan itu lebih dekat kepada ketakwaan." (QS. Al Baqoroh: 134)
Demikian pula dalam firman-Nya,
فمن عفا وأصلح فأجره على الله
"Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Alloh." (QS. Asy Syura: 40)
Artinya bahwa memaafkan kesalahan orang lain termasuk bentuk menolong, karena dengannya telah menggugurkan tanggungan dosa atau kafarah dari orang tersebut.
3. Adapun bermuka manis, artinya seseorang menampakkan wajah yang ceria dan berseri di hadapan orang lain. Nabi pernah bersabda,
لا تحقرن من المعروف شيئا، ولو أن تلقى أخاك بوجه طلق
"Janganlah kamu meremehkan sedikit pun perkara makruf/kebaikan, walaupun sekedar bertemu saudaramu dengan wajah berseri." (HR. Muslim)
Karena wajah ceria dan berseri membuat orang yang ditemui merasa senang, dan dapat mendatangkan kecintaan dan membuat hati lega, baik hatinya maupun hati orang lain.
Dan di antara akhlak mulia yang harus diketahui oleh seseorang adalah mempergauli orang-orang dekatnya dengan pergaulan yang baik, seperti teman-temannya, karib kerabatnya, keluarganya. Yaitu dengan tidak merasa sempit/tertekan bersama mereka atau tidak menyempitkan dan menekan mereka, namun semestinya ia bisa membuat mereka senang dalam batasan-batasan syariat Alloh.
Nabi bersabda,
خيركم خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلي
"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik kepada keluargaku daripada kalian." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Disahihkan oleh Syaikh Albani)
Dan di antara yang paling berhak mendapatkan pergaulan yang baik dari seseorang adalah orang tuanya, terutama ibunya. Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi lalu bertanya,
يا رسول الله، من أحق الناس بحسن صحابتي؟ قال: ((أمك))، قال: ثم من؟ قال: ((أمك))، قال: ثم من؟ قال: ((أمك))، قال: ثم من؟ قال: ((أبوك)). رواه البخاري ومسلم
"Siapakah orang yang paling berhak aku pergauli dengan baik?" Maka Nabi menjawab, "Ibumu." Ia bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab, "Ibumu." Ia bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab, "Ibumu." Lalu bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab, "Ayahmu." (HR. Bukhari dan Muslim) (Kitabul Ilmi 263-268).
Dan sebagaimana telah disampaikan di atas bahwa akhlak mulia itu ada yang berupa tabiat asal yang diberi oleh Alloh dan ada yang dihasilkan melalui jalur usaha dan upaya. Dan bahwa yang berupa tabiat lebih sempurna daripada yang diupayakan. Sedangkan yang diperoleh dari jalur usaha bisa jadi seseorang terluput dalam banyak hal, karena ia perlu melatihnya dan bekerja keras serta perlu senantiasa ada pengingat di saat ada hal yang membuat seseorang goyah atau bergejolak dalam dirinya. Seperti ketika seseorang datang kepada Nabi dan meminta wasiat kepada beliau, maka Nabi mengatakan kepadanya,
لا تغضب
"Janganlah kamu marah."
"Orang tersebut mengulang-ulang permintaan wasiatnya, dan Nabi tetap menjawab demikian." (HR. Bukhari)
Nabi juga pernah bersabda,
ليس الشديد بالصرعة، وإنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب
"Orang yang kuat bukanlah yang bisa mengalahkan (lawannya), tetapi orang yang bisa menguasai dirinya di saat marah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka menahan amarah dan menguasai diri di saat marah termasuk akhlak yang mulia. Dan Nabi telah memberikan penawar marah, yaitu jangan melampiaskan marah tersebut, lalu berlindung kepada Alloh dari syaitan yang terkutuk (HR Tirmidzi).
"Jika dia sedang berdiri maka hendaknya duduk dan jika belum hilang juga maka hendaknya berbaring." (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi)
Dan untuk memperoleh akhlak mulia dengan jalur usaha maka seseorang memerlukan hal-hal berikut:
1. Menelaah Kitabulloh dan Sunnah Rosululloh yang banyak memuat tentang pujian terhadap akhlak mulia, dengan demikian diharapkan seseorang terdorong untuk mengerjakannya.
2. Memilih teman-teman yang baik, shalih dan bisa dipercaya perbuatan dan amanah mereka. Karena Nabi pernah bersabda,
إنما مثل الجليس الصالح والجليس السوء كحامل المسك ونافخ الكير فحامل المسك إما أن يحذيك وإما أن تبتاع منه وإما أن تجد منه ريحا طيبة ونافخ الكير إما أن يحرق ثيابك وإما أن تجد ريحا خبيثة
"Sesungguhnya perumpamaan teman baik dan teman buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Maka penjual minyak wangi bisa jadi memberimu, atau kamu membeli darinya atau (paling tidak) kamu mendapatkan bau wanginya. Sedangkan pandai besi bisa jadi akan membakar bajumu atau (paling tidak) kamu mendapatkan bau tak sedapnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka hendaknya seseorang memilih teman-teman yang berakhlak mulia dan jauh dari akhlak buruk.
3. Memperhatikan akibat buruk dari akhlak tercela. Orang yang berakhlak buruk dibenci, dijauhi serta dicela. Maka jika seseorang mengetahui akibat buruk dari akhlak yang tercela maka ia akan menjauhinya. (Kitabul Ilmi hal. 269-271).
Demikian yang bisa kami susun tentang Akhlak Muslim Sejati, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua terutama yang sedang menuntut ilmu. Wallohu walliyut taufiq.
Referensi:
1.Makarimul Akhlaq, oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
2.Kitab al Ilmi, oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin.
3.Min Akhlaq ar Rasul al Karim, oleh Syaikh Abdul Muhsin al Abbad.
4.Ushul al Manhaj al Islami, oleh Syaikh Abdurrahman al Ubayyid

Read more...

Harapan Sang Orang Tua

Hai, nak
Ini cerita cinta dari Ayah dan Bunda buatmu
Tidak untuk dijadikan pegangan hidup
Karena sudah ada Al-Qur'an untuk itu
Tidak pula sebagai tuntunan laku
Karena Rasul telah tinggalkan Sunnah bagi kita
Cukuplah engkau ingat-ingat
Dalam setiap jatah waktu yang engkau miliki
Hai, nak
Kau mungkin tidak ingat kalimat dalam tunduk
Setiap kali kami menimangmu tidur
Berisi permohonan 1
Berisi pujian 2
Berisi tanda syukur 3
Berisi kesaksian 4
Berisi pengakuan 5
Hai, nak
Kami mengajarkanmu makan dan minum
Tidak untuk mengenyangkan perutmu
Tidak pula untuk penuhi dahagamu
Sekedar membantu agar engkau mampu
Menuntaskan kewajibanmu setelah itu
Dan ingat pada mereka-mereka
Yang masih mengais rezeki hari ini
Hai, nak
Kami mengajarkanmu menggenggam
Tidak untuk menahan hak orang lain
Tidak pula untuk merampasnya
Sekedar cara mempertahankan milikmu
Dan meletakkan sebagian isi genggamanmu
Pada tangan yang lebih berhak
Hai, nak
Kami mengajarkanmu melangkah
Tidak hanya untuk menjejakkan kaki
Pada tempat yang engkau inginkan
Gunakan pelajaran itu nanti
Untuk tetapkan langkah pada jalan-Nya
Walau berserak kerikil dan batu menyandung
Hai, nak
Kami mengajarkanmu berbicara
Tidak untuk berbual ria
Tidak pula menikam musuh dalam fitnah
Manfaatkan kemampuan itu nanti
Untuk berbagi dan menyampaikan ilmu 6
Dan selalu berdiskusi dengan-Nya
Hai, nak
Duabelas purnama, itu dulu pelajaran buatmu
Bila Ia berikan lapang waktu
Akan kita teruskan pelajaran lainnya
Agar waktu yang terlewati
Dan setiap waktu yang tersisa
Selalu berisi pengabdian
Dan berlimpah dengan ridha-Nya
1 Istighfar (Astaghfirullah al'adzim)
2 Tasbih (Subhanallah)
3 Tahmid (Alhamdulillah)
4 Tahlil (La ilaha illa'Allah)
5 Takbir (Allahu Akbar)
6 Ilmu yang bermanfaat

Read more...

GERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA UNTUK MENGUBAH DUNIA

>> Kamis, 20 November 2008

GERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
UNTUK MENGUBAH DUNIA

“Wahai orang yang berkemul (berselimut) ! bangunlah, lalu berilah peringatan !”
(QS. Al Muddatsir : 1-2)

”Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Ali Imron : 104)

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperan di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang teratur”

Dalam islam, pemuda dianggap memiliki perang sangat penting untuk memobilisasikan kesadaran masyarakatnya. Imam Syahid Hassan A-Banna menyatakan bahwa “sejak dahulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah pemuda adalah pengibar panji-panjinya”.
Pemuda tidak hanya sekedar memiliki peran untuk memobilisasikan kesdaran umat saja. Pemuda juga dianggap memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk menghadapi krisis yang melanda masyarakatnya. Ia berfungsi sebagai unsur perubah masyarakat (Anasirut Taghyir), pembaharu umat (Tajdidul Ummat), dan faktor penting dalam usaha perbaikan umat (Ishlahul Ummat).
Sebagai unsur perubah masyarakat, Islam mendorong para pemuda, khususnya kaum terpelajarnya untuk senantiasa berani melakukan terobosan-terobosan yang diperlukan bagi masyarakatnya dalam rangka mencegah masyarakat tersebut dari stagnansi dan dan dekadensi. Dalam al-qur’an suarah Al-maa’idah ayat 54 Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman barang siapa yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lembut terhadap orang muknin, yang bersikap keras terhadap orang-ornag kafir, yang berjihad di jaln Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang-orang yang suka mencela. Itulah akrunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas Pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui”.
Ayat ini memperlihatkan hubungan yang sanagt erat antara stagnansi dan dekadensi suatu masyarakat dengan kemungkinan lahirnya generasi baru dalam masyarakt itu, yang memiliki kualifikasi-kualifikasi yang dianggap akan mampu mengakhiri stagnansi dekadensi. Jadi, jika terjadi suatu krisis didalam masyarakat dan masyarakat tersebut menghindari diri dari usaha untuk melakukan perubahan, sudah merupakan sunatullah pula bagi lahirnya generasi yang akan mengambil insiatif perubahan.
Misi pertama yang harus dilakukan mahasiswa sebagai pemuda islam adalah beribadah dan melakukan kebajikan. Dalam hal ini adalah tujuan jangka pendek yang mencakup memperbaiki pribadi (indiividu), membangun keluarga islami, dan membimbing masyarakat.
Misi kedua adalah berjihad untuk menegakkan syariat islam. Hal ini merupakan tujuan jangka panjang yang mencakup memperbaiki pemerintahan, mengembalikan kekhalifahan, mencapai tampuk kepemimpinan, dan kepeloporan (Ustadziayah).
Menurut Hasan Al-Banna, marhalah atau tahapan dalam menjalankan misi-misi tersebut adalah :
1. Tahap lintasan-lintasan fikiran
2. Tahap perekrutan kemudian penataan
3. Tahap promosi dan pengenalan
4. Fase penyiapan dan pembentukan (pembinaan)
5. Fase amal dan mobilisasi (Tanfidz)
6. Fase daulah atau pembentukan beberapa negara yang memiliki referensi dan dasar pijakan yang sama.
7. Fase pengembalian eksistensi kenegaraan atau khilafah
8. Fase kepeloporan dunia.
Oleh karena itu, setiap umat atau kelompok yang ingin membentuk dan membina dirinya, mewujudkan cita-citanya, dan membela prinsip-prinsipnya, sangat membutuhkan kekuatan jiwa yang terekspresikan dalam beberapa hal yaitu:
1. tekad membaja yang tidak pernah melemah
2. kesetiaan yang teguh, yang tidak disusupi oleh kemunafikan dan penghianatan.
3. pengorbanan besar yang tidak terhalangi oleh ketamakan dan kebhakilan
4. pengenalan, keimanan, dan penghargaan kepada prinsip yang dapat menghindarkan diri dari kesalahn, penyimpangan, sikap tawar-menawar dalam masalah prinsip, serta tidak tertipu dengan prinsip-prinsip lainnya.
Untuk menjalankan hal-hal tersebut, perlu adanya manhaj tertentu yang menjadi acuan kerja dan memilki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Manhaj dan tujuan tersebut telah digariskan oleh para penyeru kebangkitan dan telah mereka upayakan realisasinya sebatas kemampuan dan usia yang tersedia. Jika tujuan itu belum tercapai karena jatah kehidupan di dunia untuk mereka sangat pendek, maka tampil generasi penerus adri kaumnya yang beramal sesuai manhaj mereka dan melanjutkan langkah terakhir yang mereka capai. Dan begitu seterusnya.
Dengan demikian, hal-hal yang dibutuhkan oleh sebuah kebangkitan adalah sebagai berikut:
1. tujuan yang jelas
2. manhaj yang jelas untuk menggapai tujuan yang dicanangkan
3. para aktivis yang menerapkan manhaj
4. para pengikut yang beramal sesuai dengan manhaj dan melanjutkan apa yang telah dibangun.
Saat ini dibutuhkan wadah gerakan mahasiswa islam untuk mengubah dunia yang merupakan wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin bangsa masa depan yang tangguh dalam upaya mewujudkan masyarakat Islami di Dunia dengan melakuakan hal-hal berikut :
1. Membina keislaman, keimanan, dan ketaqwaan mahasiswa muslim Indonesia.
2. Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah,
intelektual, sosial, dan politik mahasiswa.
3. Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia
menjadi masyarakat yang rabbani, madani, adil, dan sejahtera.
4. Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan
kerjasama mahasiswa Indonesia dalam menyelesaikan
permasalahan kerakyatan dan kebangsaan.
5. Mengembangkan kerjasama antar elemen masyarakat dengan
semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah
kemungkaran (amar ma`ruf nahi munkar).

Wallahualam biswohab

Read more...

Cara Menyucikan Hati

Cara Menyucikan Hati
Hati itu bagaikan kaca mata. Kalau kita menggunakan kaca mata yang bening, apa yang kita lihat akan tampak apa adanya. Yang putih akan jelas putihnya, yang coklat muda akan jelas warna aslinya. Namun kalau kita menggunakan kaca mata hitam, apa yang kita lihat tidak akan sesuai aslinya. Yang putih akan kelihatan abu muda dan warna coklat muda akan menjadi coklat tua. Demikian juga hati, kalau hati jernih, kita akan melihat realita itu apa adanya, sementara kalau hati kita kotor atau hitam, kita akan melihat realita itu tidak seperti sebenarnya.
Oleh karena itu, mulia tidaknya seseorang tidak dilihat dari tampilan lahiriahnya tapi dari performa batiniah atau hatinya. "Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta-hata kamu tapi melihat hati dan perbuatanmu." (H.R. Muslim). Al Qurtubi berkata, "Ini sebuah hadits agung yang mengandung pengertian tidak diperbolehkankannya bersikap terburu-buru dalam menilai baik atau buruknya seseorang hanya karena melihat gambaran lahiriah dari perbuatan taat atau perbuatan menyimpangnya. Ada kemungkinan di balik pekerjaan saleh yang lahiriah itu, ternyata di hatinya tersimpan sifat atau niat buruk yang menyebabkan perbuatannya tidak sah dan dimurkai Allah swt. Sebaliknya, ada kemungkinan pula seseorang yang terlihat teledor dalam perbuatannya atau bahkan berbuat maksiat, ternyata di hatinya terdapat sifat terpuji yang karenanya Allah swt. memaafkannya.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan lahir itu hanya merupakan tanda-tanda dhanniyyah (yang diperkirakan) bukan qath'iyyah (bukti-bukti yang pasti). Oleh karena itu tidak diperkenankan berlebih-lebihan dalam menyanjung seseorang yang kita saksikan tekun melaksanakan amal saleh, sebagaimana tidak diperbolehkan pula menistakan seorang muslim yang kita pergoki melakukan perbuatan buruk atau maksiat. Demikian Imam Qurtubi menjelaskan dalam tafsirnya. Rasulullah saw. bersabda dalam riwayat lain, "Ali bin Abi Thalib r.a. menceritakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Tiada satu hati pun kecuali memiliki awan seperti awan menutupi bulan. Walaupun bulan bercahaya, tetapi karena hatinya ditutup oleh awan, ia menjadi gelap. Ketika awannya menyingkir, ia pun kembali bersinar." (H.R.Bukhari dan Muslim)
Hadits ini memberikan ilustrasi yang sangat indah. Hati manusia itu sesungguhnya bersih atau bersinar, namun suka tertutupi oleh awan kemaksitan hingga sinarnya menjadi tidak tampak. Oleh sebab itu, kita harus berusaha menghilangkan awan yang menutupi cahaya hati kita. Bagaimana caranya?
- Introspeksi diri Introspeksi diri dalam bahasa arab disebut Muhasabatun Nafsi, artinya mengidentifikasi apa saja penyakit hati kita. Semua orang akan tahu apa sebenarnya penyakit qalbu (hati) yang dideritanya itu. "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S.Al-Hasyr 59 : 18)
- Perbaikan Diri Perbaikan diri dalam bahasa populer disebut taubat. Ini merupakan tindak lanjut dari introspeksi diri. Ketika melakukan introspeksi diri, kita akan menemukan kekurangan atau kelemahan diri kita. Nah, kekurangan-kekurangan tersebut harus kita perbaiki secara bertahap. Alangkah rugi kalau kita hanya pandai mengidentifikasi kelemahan diri tapi tidak memperbaikinya. "Hai orang-orang yang beriman, Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkah kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,.." (Q.S.At-Tahrim 66:8)

 
3. Tadabbur Al Qur'an Tadabbur Al Qur'an artinya menelaah isi Al-Qur'an, lalu menghayati dan
mengamalkannya. Hati itu bagaikan tanaman yang harus dirawat dan
dipupuk. Nah, di antara pupuk hati adalah tadabbur Qur'an. Allah
menyebutkan orang-orang yang tidak mau mentadabburi Qur'an sebagai
orang yang tertutup hatinya. Artinya, kalau hati kita ingin terbuka
dan bersinar, maka tadabburi Qur'an.
"Mengapa mereka tidak tadabbur (memperhatikan) Al-Qur'an, ataukah hati
mereka terkunci atau tertutup." (Q.S.Muhammad 47 : 24)
 
4. Menjaga Kelangsungan Amal Saleh
Amal saleh adalah setiap ucapan atau perbuatan yang dicintai dan
diridoi Allah swt. Apabila kita ingin memiliki hati yang bening,
jagalah keberlangsungan amal saleh sekecil apapun amal tersebut.
Misalnya, kalau kita suka rawatib, lakukan terus sesibuk apapun, kalau
kita biasa pergi ke majelis ta'lim, kerjakan terus walau pekerjaan
kita menumpuk. Rasulullah saw bersabda,
"…Beramallah semaksimal yang kamu mampu, karena Allah tidak akan bosan
sebelum kamu bosan, dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah
adalah amal yang kontinyu (terus-menerus) walaupun sedikit." (H.R.
Bukhari)
 
5. Mengisi Waktu dengan Zikir
Zikir artinya ingat atau mengingat. Dzikrullah artinya selalu
mengingat Allah. Ditinjau dari segi bentuknya, ada dua macam zikir.
Pertama, zikir Lisan, artinya ingat kepada Allah dengan melafadzkan
ucapan-ucapan zikir seperti Subhannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar,
Laa Ilaaha illallah, dll. Kedua, Zikir Amali, artinya zikir (ingat)
kepada Allah dalam bentuk penerapan ajaran-ajaran Allah swt. dalam
kehidupan. Misalnya, jujur dalam bisnis, tekun saat bekerja, dll. Hati
akan bening kalau hidup selalu diisi dengan zikir lisan dan amali.
"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di
waktu pagi dan petang." (Q.S.Al-Ahzab 33 : 41-42)
"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku." (Al-Baqarah 2 :152)
 
6. Bergaul dengan Orang-Orang Saleh
Lingkungan akan mempengaruhi perilaku seseorang. Karena itu,
kebeningan hati erat juga kaitannya dengan siapakah yang menjadi
sahabat-sahabat kita. Kalau kita bersahabat dengan orang yang jujur,
amanah, taat pada perintah Allah, tekun bekerja, semangat dalam
belajar, dll., diharapkan kita akan terkondisikan dalam atmosfir
(suasana) kebaikan. Sebaliknya, kalau kita bergaul dengan orang
pendendam, pembohong, pengkhianat, lalai akan ajaran-ajaran Allah,
dll., dikhawatirkan kita pun akan terseret arus kemaksiatan tersebut.
Kerena itu, Allah swt.. mengingatkan agar kita bergaul dengan
orang-orang saleh seperti dikemukakan dalam ayat berikut.
"Dan bersabarlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka
di waktu pagi dan petang, mereka mengharapkan keridoan-Nya, dan
janganlah kamu palingkan kedua matamu dari mereka karena menghendaki
perhiasan hidup dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa
nafsunya; dan adalah keadaan itu melewati batas." (Q.S. Al-Kahfi 18 :
28)
 
7. Berbagi Kasih dengan Fakir, Miskin, dan Yatim
Berbagi cinta dan ceria dengan saudara-saudara kita yang fakir,
miskin, dan yatim merupakan cara yang sangat efektif untuk meraih
kebeningan hati, sebab dengan bergaul bersama mereka kita akan
merasakan penderitaan orang lain. Rasulullah saw. bersabda,
"Abu Hurairah r.a. bercerita, bahwa seseorang melaporkan kepada
Rasulullah saw. tentang kegersangan hati yang dialaminya. Beliau saw.
menegaskan, "Bila engkau mau melunakkan (menghidupkan) hatimu, beri
makanlah orang-orang miskin dan sayangi anak-anak yatim." (H.R.
Ahmad).
 
8. Mengingat Mati
Modal utama manusia adalah umur. Umur merupakan bahan bakar untuk
mengarungi kehidupan. Kebeningan hati berkaitan erat dengan kesadaran
bahwa suatu saat bahan bakar kehidupan kita akan manipis dan akhirnya
habis. Kesadaran ini akan menjadi pemacu untuk selalu membersihkan
hati dari awan kemaksiatan yang menghalangi cahaya hati. Rasulullah
saw. menganjurkan agar sering berziarah supaya hati kita lembut dan
bening.
"Anas r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Dulu, aku
pernah melarang kalian berziarah ke kuburan. Namun sekarang,
berziarahlah, karena ia dapat melembutkan hati, mencucurkan air mata,
dan mengingatkan akan hari akhirat." (H.R.Hakim)
 
9. Menghadiri Majelis Ilmu
Hati itu bagaikan tanaman, ia harus dirawat dan dipupuk. Di antara
pupuk hati adalah ilmu. Karena itu, menghadiri majelis ilmu akan
menjadi media pensucian hati. Rasulullah saw. menyebutkan bahwa Allah
swt. akan menurunkan rahmat, ketenangan dan barakah pada orang-orang
yang mau menghadiri majelis ilmu dengan ikhlas.
"Tidak ada kaum yang duduk untuk mengingat Allah, kecuali malakikat
akan menghampirinya, meliputinya dengan rahmat dan diturunkan
ketenangan kepada mereka, dan Allah akan menyebutnya pada kumpulan
(malaikat) yang ada di sisi-Nya." (H.R. Muslim)
 
10. Berdo'a kepada Allah swt.
Allah swt. Maha Berkuasa untuk membolak balikan hati seseorang. Karena
itu sangat logis kalau kita diperintahkan untuk meminta kepada-Nya
dijauhkan dari hati yang busuk dan diberi hati yang hidup dan bening.
Menurut Ummu salamah r.a,. do'a yang sering dibaca Rasulullah saat
meminta kebeningan hati adalah: Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii
'alaa diinika (Wahai yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah hatiku
berpegang pada agama-Mu). Perhatikan riwayat berikut,.
 
"Syahr bin Hausyab r.a. mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada
Ummu Salamah, "Wahai ibu orang-orang yang beriman, do'a apa yang
selalu diucapkan Rasulullah saw. saat berada di sampingmu?" Ia
menjawab: "Do'a yang banyak diucapkannya ialah, 'Ya Muqallibal quluub,
tsabbit qalbii 'alaa diinika (Wahai yang membolak-balikkan qalbu,
tetapkanlah qalbuku pada agama-Mu)." " Ummu Salamah melanjutkan, "Aku
pernah bertanya juga, "Wahai Rasulullah, alangkah seringnya engkau
membaca do'a: "Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinika."
Beliau menjawab: "Wahai Ummu Salamah, tidak ada seorang manusia pun
kecuali qalbunya berada antara dua jari Tuhan Yang Maha Rahman. Maka
siapa saja yang Dia kehendaki, Dia luruskan, dan siapa yang Dia
kehendaki, Dia biarkan dalam kesesatan." (H.R.Ahmad dan Tirmidzi.
Menurutnya hadits ini hasan)
 
 
Selain do'a di atas, Ibnu Abbas r.a. menceritakan bahwa ketika
menginap di rumah Rasulullah saw., ia pernah mendengar beliau
mengucapkan do'a berikut,
 
"Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya, di lidahku cahaya, di
pendengaranku cahaya, di penglihatanku cahaya. Jadikan di belakangku
cahaya, di hadapanku cahaya, dari atasku cahaya, dan dari bawahku
cahaya. Ya Allah berikan kepadaku cahaya." (H.R.Muslim)
 
 
Kesimpulannya, hati merupakan panglima untuk seluruh anggota jasad
kita. Kalau hati bening, kelakuan kita pun akan beres. Tapi kalau hati
kita busuk, seluruh amaliah pun busuk. Ada sepuluh cara agar kita
memiliki hati yang suci, yaitu; Introspeksi diri, perbaikan diri,
tadabbur Qur'an, menjaga kelangsungan amal saleh, mengisi waktu dengan
zikir, bergaul dengan orang-orang saleh, berbagi kasih dengan fakir
miskin dan anak yatim, mengingat mati, menghadiri majelis ta'lim, dan
berdo'a kepada Allah swt. Mudah-mudahan Allah swt. selalu memberi
kepada kita hati yang bening. Amiin . Wallahu A'lam
 
 
 

Read more...

peternakan coy

peternakan coy
susu

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP