>> Sabtu, 10 Oktober 2009

Qory Sandioriva Dari NAD Raih Puteri Indonesia 2009

Terkait Soal Jilbab, Sempat Berbohon Didepan Tim Juri.


Jakarta, KBN News-Pernyataan kontestan Puteri Indonesia 2009 asal Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Qory Sandioriva, bisa memicu kontroversi. Qory saat di atas panggung mengatakan kalau dirinya melepas jilbab demi Puteri Indonesia. Namun saat jumpa pers ia membantahnya. Berbohongkah?
Pada malam final Puteri Indonesia 2009, yang digelar di Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Jumat (9/10/2009) malam, Qory berujar kalau ia menanggalkan jilbabnya atas seizin Pemda NAD.
http://www.liputan-kota.com/2009/10/qory-sandioriva-dari-nad-raih-puteri.html

"Saya menanggalkan jilbab saya dengan izin dari Pemda Aceh. Semoga keputusan saya bisa diterima," ujar Qori, Jumat (9/10/2009) malam,seperti dikutif detikcom.

Ucapan Qory itu menjawab pertanyaan pembawa acara Charles Bonar Sirait. Charles bertanya kepada Qory mengapa gadis kelahiran Jakarta 17 Agustus 1991 tidak berjilbab. Padahal sejak 2003, kontestan asal NAD selalu berbusana jilbab ketika mengikuti seleksi Puteri Indonesia.

Setelah dinyatakan sebagai Puteri Indonesia 2009 dan menggelar jumpa pers seusai acara, Qory mementahkan apa yang dikatakannya di atas panggung. Saat sejumlah wartawan bertanya soal komentar Qory tentang jilbab, mahasiswi Sastra Prancis Universitas Indonesia itu menjawab.

"Saya sebenarnya memang dari awal sehari-hari tidak mengenakan jilbab," jelasnya.

Lepas dari apa yang diucapkan Qory, semoga Puteri Indonesia 2009 itu bisa membawa harum nama Indonesia dan membantu melestarikan budaya nusantara.(Saputra)
http://www.liputan-kota.com/2009/10/qory-sandioriva-dari-nad-raih-puteri.html

Read more...

buat read more dari http://www.belajarngeblog.com/cara-membuat-read-more-di-blogspot

>> Selasa, 16 Juni 2009

Membuat Read More di Blogspot
Login ke akun blogger anda, pilih blog yang ingin anda edit, klik link Layout kemudian masuk ke Edit HTML
Jangan lupa centang/tandai/aktifkan Expand Widget Templates Untuk bisa mengedit template secara keseluruhan.
Masukkan kode berikut sebelum tag atau tepat sesudah kode } ]]>seperti dibawah ini :


Selanjutnya mengatur supaya postingan terpotong, cari kode

dalam template anda dan tambahkan kode berikut tepat dibawahnya:


Read More..

Nah supaya terpotong, setiap kali anda menulis artikel posting, klik pada bagian artikel dimana anda pengen tulisan Read More.. muncul, lalu ketik kemudian lanjutkan sisa artikel sampai selesai, akhiri dengan mengetik . Untuk menmbahkan kode ini, ketika menulis artikel, anda harus dalam mode Edit HTML bukan Compose
Tulisan Read More.. seperti yang berwarna merah pada kode diatas, bisa anda ganti dengan tulisan lain seperti Baca Selengkapnya.. atau Lanjut Baca..

Read more...

Peternakan sebagai Tombak Kemajuan Bangsa yang Terlupakan

>> Selasa, 19 Mei 2009

Krisis Ekonomi sebagai Tantangan dan Peluang Inovasi


Peternakan sebagai Tombak Kemajuan Bangsa yang Terlupakan

Mukhsin Avicenna


Zambrud Khatulistiwa dan Negara Agraris adalah julukan yang pernah singgah dalam negeri tercinta Indonesia. Pulau-pulau yang terbentang bak permadani hijau dengan segala kekayaannya. Tak hanya di darat, kekayaan lautnya pun tak dapat kita hitung. Betapa kayanya Indonesia. Namun, rakyat Indonesia masih bergelimpang kemiskinan. Seperti lagu Cindai yang dinyanyikan Siti Nurhaliza. “ Tilamku emas berbantal lengan tidurku.“

Dalam 4 sehat dan 5 sempurna, zat yang paling essensial adalah protein. Protein sangat dibutuhkan manusia. Protein berfungsi menggantikan sel-sel yang rusak. Banyak yang menyangkal, protein hanya untuk anak-anak yang sedang mengalami pertumbuhan. Kecukupan konsumsi protein tidak hanya terkait dengan masalah kesehatan, banyak literatur menyatakan konsumsi protein sangat berkaitan dengan tingkat intelegensia. Artinya, untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu hal yang harus menjadi perhatian yaitu memenuhi kebutuhan akan protein.

Protein dalam sumbernya dibedakan atas protein nabati dan protein hewani. Protein nabati ialah protein yang berasal dari tumbuhan, kandungan asam amino esensialnya sangat sedikit. Sedangkan protein hewani ialah protein yang terdapat dalam tubuh hewan, kandungan asam amino essensialnya lebih banyak dan lebih lengkap yang dibutuhkan tubuh. Asam amino essensial ialah asam amino yang dibutuhkan tubuh sebagai asupan gizi namun tubuh tidak mampu mensintesis asam amino tersebut. Protein tersusun atas asam-asam amino yang beraturan dan berbeda.

Sediaoetama (2000) dalam bukunya “Ilmu Gizi” mengemukakan, dari total kebutuhan protein, sekitar 20-40% atau kalau dirata-ratakan sekitar 30% disarankan untuk disuplay dari sumber protein hewani, antara lain daging, telur, dan susu, agar asam amino esensialnya menjadi lengkap.





Sebagai gambaran berikut tabel kandungan protein dalam produk peternakan.

Produk

Kandungan Proteina

Harga Produkb

Harga Proteinc

Daging Sapi

19,8%

Rp 42.000,-/kg

Rp 212,-/gram


Susu Murni

3,2%

Rp 5.000,-/liter

Rp 156,-/gramd

Daging Ayam

18,2%

Rp 13.000,./kg

Rp 71,-/gram


Telur Ayam

12,8%

Rp 8.000,-/kg

Rp 63,-/gram


Keterangan: a) Ilmu Gizi (Sediaoetama, 2000), b) Harga eceran Januari 2006 di sekitar

tempat tinggal penulis, c) Harga hasil perhitungan penulis, d) 1 liter susu

dianggap setara 1 kg.

Perkiraan kasar kebutuhan manusia akan protein sekitar satu gram per kg berat badan per hari. Jika seseorang dengan berat badan 80 kilogram maka kebutuhan protein yang harus dipemuhi adalah 80 gram per hari. Sehinga kebutuhan protein hewani yang dibutukan ialah 4 ons dari daging sapi atau 2,5 kg (2,5 liter ) susu atau 4,4 ons daging ayam atau 6,25 ons telur ayam atau 3-4 butir telur. Dengan demikian tiap perbandingan harga dari produk peternakan yang harus dikeluarkan sekitar Rp 5.000,00 – Rp 12.500,00 per hari.

Apabila kebutuhan protein dalam setiap manusia dapat tercukupi maka negeri tercinta ini akan menjadi salah satu negeri adikuasa dengan SDM yang unggul. Kita tidak lagi menggunakan alat-alat elektronik atau kendaraan luar negeri namun kita sudah mampu menciptakan sendiri. Selain itu, keamanan dan kesejahteraan Indonesia akan tercipta dengan sendirinya.

Kecukupan konsumsi protein akan menjadi masalah, manakala banyak keluarga dengan tingkat perekonomian yang terbatas tidak mampu menyediakan protein yang optimal dalam menu makanan sehari-hari bagi keluarganya. Pengeluaran minimun masyarakat dalam mencukupi kebutuhan protein hewani terletak pada telur dan daging ayam. Terlihat jelas kemampuan masyarakat umum dalam mencukupi kebutuhan proteinnya pada telur dan daging ayam masih sangat kurang. Sebenarnya siapa yang pantas disalahkan. Pemerintah yang tidak profesional dan anggota parlemen yang sehari-hari hanya korupsi ataukah masyarakat yang selalu merasa benar dan hanya mereka yang pantas menjadi perasa tanpa turut berkontribusi. Oleh karenanya diharapkan Indonesia kembali melihat potensi yang ada di dunia peternakan sebagai solusi kemajuan bangsa.

Read more...

hiks...

>> Senin, 06 April 2009

mulai detik ini saya akan berubah.
saya g kan lagi memelas..
saya akan berusaha semampu saya.
saya ada ALLAH.
biarlah ALLAH jadi saksi

Read more...

Jadikan Shalat Pencegah Perbuatan Keji dan Munkar

>> Minggu, 01 Maret 2009

Setiap kewajiban yang telah dibebankan Islam kepada umatnya senantiasa memuat hikmah dan maslahat bagi mereka. Islam menginginkan terbentuknya akhlak Islami dalam diri Muslim ketika ia mengimplementasikan setiap ibadah yang telah digariskan oleh Allah SWT dalam Kitab dan Sunnah rasul-Nya.

Pada akhirnya nilai-nilai keagungan Islam senantiasa mewarnai ruang kehidupan Muslim. Tidak hanya terbatas pada ruang kepribadian individu Muslim, namun nilai-nilai itu dapat ditemukan pula dalam ruang kehidupan keluarga dan komunitas masyarakat Muslim. Kita bisa merenungkan kembali ayat-ayat Allah yang berkaitan dengan hal ini, sebagaimana salah satu firman-Nya,

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 183).

Melalui ibadah puasa, Allah SWT menginginkan terbentuknya pribadi-pribadi Muslim yang bertakwa. Pribadi yang tidak pernah mengenal slogan hidup kecuali slogan yang agung ini: sami’naa wa atha’na. Pribadi yang senantiasa melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya dalam situasi dan kondisi apapun.

Oleh karenanya, Nabiyullah agung Muhammad SAW telah bersabda: “Takutlah kamu kepada Allah di manapun kamu berada, ikuti keburukan dosa dengan kebaikan niscaya ia akan menghapuskannya dan gauli manusia dengan akhlak yang baik.”

Dalam sabda beliau yang lain: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa faridlah (kewajiban) maka jangan sekali-kali kamu menyia-nyiakannya, Dia telah menetapkan batasan-batasan maka jangan sekali-kali kamu melampui batas, Dia telah mengharamkan banyak hal maka jangan sekali-kali melanggarnya….”

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. 9/At-Taubah: 103).
Dengan ibadah zakat, Islam mengharapkan tumbuh subur sifat-sifat kebaikan dalam jiwa seorang Muslim dan mampu memberangus kekikiran dan cinta yang berlebihan kepada harta benda. Begitu juga ibadah shalat yakni ibadah yang jika seorang hamba melaksanakan dengan memelihara syarat-syarat, rukun-rukun, wajibat, adab-adab, dan kekhusyu`an di dalamnya, niscaya ibadah ini akan menjauhkannya dari perbuatan keji dan kemunkaran. Sebaliknya, ibadah ini akan mendekatkan seorang hamba yang melaksanakannya dengan sebenarnya kepada Sang Khalik dan mendekatkannya kepada kebaikan-kebaikan serta cahaya hidup.

Perhatikan ayat berikut ini, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. 29/Al-Ankabuut: 45).

Muslim yang selalu menunaikan ibadah ini akan selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan kebaikan dan mampu menjadi cahaya di tengah-tengah masyarakatnya. Muslim yang memiliki hamasah yang menggelora dalam memperjuangkan kebenaran dan memberangus nilai-nilai kemunkaran, kelaliman, dan perbuatan keji lainnya. Hatinya terasa tersayat di saat menyaksikan pornografi dan porno aksi mewabah di tengah-tengah masyarakatnya. Jiwanya akan terus gelisah ketika melihat kelaliman yang dipermainkan para budak kekuasaan.

Memang, ia harus menjadi cahaya yang berjalan di tengah-tengah kegelapan zaman ini. Allah berfirman, “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. 6Al-An’am: 122)

Ikhwan dan akhwat fillah,
Ibadah shalat adalah awal kewajiban yang diperintahkan Allah SWT kepada umat ini pada peristiwa Isra dan Mi’raj. Ibadah yang merupakan simbol dan tiang agama, “Pokok urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.” (HR Muslim). Ibadah yang dijadikan Allah sebagai barometer hisab amal hamba-hamba-Nya di akhirat, “Awal hisab seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka seluruh amalnya baik, dan apabila buruk maka seluruh amalnya buruk.” (HR At-Thabrani).

Ibadah shalat merupakan wasiat Nabi yang terakhir kepada umat ini dan yang paling terakhir dari urwatul islam (ikatan Islam) yang akan dihapus oleh Allah SWT. Selain ini, shalat juga penyejuk mata, waktu rehatnya sang jiwa, saat kebahagiaan hati, kedamaian jiwa dan merupakan media komunikasi antara hamba dan Rabbnya.
Ibadah yang memiliki kedudukan atau manzilah yang agung ini tidak akan hadir maknanya dalam kehidupan kita, tatkala kita lalai menjaga arkan, wajibat dan sunah yang inheren dengan ibadah ini.

Tatkala kita tidak mampu menghadirkan hati, merajut benang kekhusukan dan keikhlasan dalam melaksanakan ibadah ini maka kita tidak akan mampu menangkap untaian makna yang terkandung di dalamnya. Kita tidak akan mampu memahami sinyal-sinyal rahasia yang ada di balik ibadah ini.

Tidakkah banyak di antara manusia Muslim yang ahli ibadah namun masih jauh dari nilai-nilai Islam. Ahli shalat namun masih suka melakukan kemaksiatan. Hal ini disebabkan nilai-nilai agung yang terkandung dalam ibadah sama sekali tidak mampu memberikan pesan-pesan ilahiah di luar shalat. Takbir yang dikumandangkan di saat beribadah tidak mampu melahirkan keagungan di luar shalat. Do’a iftitah “Inna shalaatii wa nusukii….” yang dilafazkan dalam shalat tidak mampu mengingatkan tujuan hidupnya. Ibadah ini seolah-olah hanya menjadi gerakan-gerakan ritual yang maknanya tidak pernah membumi dalam kehidupan orang yang melaksanakannya.

Oleh karena itu, ibadah shalat yang mampu melahirkan hikmah pencegahan dari perbuatan keji dan kemungkaran, hikmah pensucian jiwa dan ketentraman, apabila dilakukan dengan penuh kekhusyukan, mentadabburkan gerakan dan ucapan yang terkandung di dalamnya, penuh ketenangan dan dengan tafakkur yang sesungguhnya. Maka ia akan keluar dari ibadah dengan merasakan kenikmatannya, terkontaminasi dengan nilai-nilai keta’atan dan mendapatkan cahaya ma’rifatullah.

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak seorangpun yang melaksanakan shalat maktubah (fardlu), lalu ia memperbaiki wudlunya, khusyuk dan rukuknya kecuali shalat ini akan menjadi pelebur dosa-dosa sebelumnya selama tidak melakukan dosa besar. Dan ini berlaku sepanjang tahun.” (H.R. Muslim)

Inilah yang pernah dilakukan oleh salaf shalih termasuk di dalamnya Ibnu Zubair RA. Mereka laksana tiang yang berdiri tegak karena kekhusyukannya. Mereka terbius dengan kerinduannya akan Rabbnya dan mereka asyik berkomunikasi dengan Sang Khalik tanpa terganggu dengan suara makhluk-Nya.

Ikhwan dan akhwat fillah,
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan di saat melaksanakan ibadah shalat agar hikmah di dalamnya selalu terjaga. Pertama, menjaga arkan, wajibat dan sunah. Rasulullah SAW bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat.”
Kedua, ikhlas, khusyuk dan menghadirkan hati. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Q.S. 98/Al-Bayyinah: 5).
Ketiga, memahami dan mentadabburi ayat, do’a dan makna shalat. “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (Q.S. 107/Al-Maa’uun: :4-5).
Keempat, mengagungkan Allah SWT dan merasakan haibatullah. Rasulullah SAW bersabda, “…Kamu mengabdi kepada Allah seolah-olah kamu melihatNya dan apabila kamu tidak melihat-Nya, maka (yakinlah) bahwasanya Allah melihat kamu…” (H.R. Muslim).

Semoga kita semua mampu merenungkan kembali arti shalat dalam kehidupan dakwah dan memperbaikinya agar kita benar-benar mi’raj kepada Allah SWT. Wallahu A’lam Bish-shawwab

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ - والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Read more...

Demo Dengan Semangat Dakwah

Ikhwah Fillah…
Sesungguhnya tidak ada yang lebih pantas untuk dinyatakan dan diangkat ke permukaan dalam hidup ini selain kebenaran yang meliputi keadilan, kesusilaan, kejujuran/sportivitas, dll. Tidak ada yang lebih patut dinyatakan secara vokal dan dipublikasikan setelah kebenaran selain penolakan terhadap lawan kebenaran, yaitu kebatilan atau kemunkaran dengan segala bentuknya. Ini sesungguhnya adalah misi agama Allah dan Rasulullah saw. Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an,
“Dialah Allah yang telah mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar (al Islam), untuk ditinggikan (dimenangkan) Nya atas semua agama lainnya, meskipun orang-orang musyrik tidak menyukainya “ (Q.S. At-Taubah: 33. dan As-Shaf: 9).
Di dalam Islam, kita mengetahui bahwa amal kebaikan yang tinggi nilainya adalah jihad dengan segala tingkatannya, mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi yaitu menyatakan “kalimatul haq“ (ungkapan kebenaran) di hadapan penguasa yang zhalim. Sebagaimana dinyatakan dalam hadits Nabi saw.
Demonstrasi atau muzhaharah yang kita lakukan adalah kegiatan unjuk rasa secara vokal dan lugas (terang-terangan) dalam menyampaikan salah satu dari dua misi suci, yaitu yang bersifat “munasharah“ atau “inkarul munkar”. Munasharah adalah menyatakan dukungan dan advokasi terhadap sebuah prinsip kebenaran yang sedang diperjuangkan, seperti munasharah untuk segera disahkannya RUU Sisdiknas. Sementara Inkarul Munkar adalah muzhaharah yang menolak suatu prinsip kebatilan/kemunkaran yang mengancam atau yang sudah terjadi, seperti penolakan terhadap pornografi dan pornoaksi.
Ikhwah fillah…
Dari sudut pandang itu, kita dapat letakkan demo dalam konteks dakwah, karena demo dapat digunakan sebagai salah satu wasilah atau sarana dan bahasa dakwah yang menyatakan keberpihakan pada kebenaran dan penolakan terhadap kebatilan. Dengan demikian, demo juga merupakan artikulasi dari amar ma’ruf dan nahi munkar, melalui ekspresi vokal dan dukungan sosial, lantangnya sebuah demonstrasi akan mempengaruhi efektivitas pengerahan massa dan semakin banyak pendukung kebenaran maka hal tersebut akan makin menunjukkan betapa kuatnya kebenaran tersebut.
Sebagaimana media, ekspresi publik pada hakikatnya semata-mata adalah alat yang bisa digunakan untuk tujuan yang baik dan mulia, atau tujuan yang merugikan masyarakat. Sehingga untuk memastikan apakah suatu demo itu bernuansa atau bersifat da’wi haruslah dicermati beberapa hal. Pertama, pastikan tujuannya adalah untuk membela kebenaran atau menolak kebatilan. Kedua, berniatlah untuk berdakwah, yaitu mengajak dan mempengaruhi opini publik agar berpihak pada kebenaran. Ketiga, hendaknya tetap memperhatikan etika dakwah, seperti tidak memfitnah tapi menyebutkan fakta, tidak melecehkan atau menyakiti tapi mengoreksi dan mengingatkan. Hendaknya kita tidak berlaku destruktif dan anarkis agar mampu memikat publik, dan tidak mengucapkan kata-kata kotor melainkan ungkapan yang masih berada dalam batas-batas etika umum. Perlu ditegaskan bahwa menyatakan sesuatu secara lantang dan tegas dengan tuntutan yang keras, tidak berarti harus dengan bahasa dan cara yang kasar atau brutal, sebab kekuatan suatu komunikasi publik lebih terletak pada misi dan kekuatan bahasanya.
Potret demo yang da’wi kiranya pernah dipraktekkan Nabiyullah Musa dan Harun ‘alaihimassalaam ketika mencoba meyakinkan Firaun tentang kebenaran dakwah yang dibawanya. Dan pada peristiwa lain para tukang sihir (saharah) Firaun berdemo menolak untuk melanjutkan kesetiaannya kepada Firaun, meskipun mereka menghadapi resiko yang sangat berat. Jika sudah menyangkut masalah keimanan, resiko apapun menjadi kecil di hadapan kebesaran-Nya. Allahu Akbar.
Dalam semangat yang sama, meski tidak melibatkan massa, seorang ibu terang-terangan menolak rencana kebijakan Umar bin Khathab yang akan membatasi nilai mahar dalam pernikahan. Dengan kata-katanya yang lantang tetapi sopan dan jelas maksudnya, Umar pun menerima protes perempuan itu dengan mengatakan, “Shadaqatil mar-atu wa akhtha-a Umar”. (Perempuan itu benar dan Umar salah).
Dakwah, sebagai pekerjaan paling mulia dan “ahsanu qaulan” (ucapan yang paling baik), sangat layak untuk disampaikan dengan berbagai sarana yang halal, tetapi bukan menghalalkan segala cara dan sarana. Demo yang da’wi adalah demo yang halal atau mubah, namun sesuai dengan tingkat urgensinya, ia bisa meningkat hukumnya menjadi sunnah bahkan wajib untuk dilakukan atau diikuti. Seorang dai kiranya belum lengkap kedaiahannya dan belum optimal menjalankan tugasnya, jika belum menyalurkan misi dakwahnya melalui berbagai saluran yang wajar dan terdiversifikasi, antara lain dengan cara demo yang Islami. Lebih dari itu demo akan memberikan nilai tambah berupa pengalaman tarbiyah maidaniyah yaitu pengalaman yang baik dari lapangan, sebab seorang dai adalah tipe manusia yang senantiasa terus bergerak (mobile). Suatu saat ia berada di belakang meja, pada saat yang lain tampil di depan forum ilmiah, dan di lain waktu ia berada di depan memimpin massa demo yang gagah tapi beradab.
Sebuah realitas bahwa kegiatan demo sangat membutuhkan etika dan semangat dakwah, agar tidak destruktif dan anarkis tetapi justru memberikan pembelajaran dan membangun stigma positif, sementara dakwah islamiyah yang bertujuan untuk menegakkan kebenaran dan menolak kebatilan, kadang memerlukan demo sebagai salah satu sarana dalam menyampaikan misinya.
Ikhwah fillah…
Ketika dakwah mengambil demo sebagai suatu pilihan caranya, maka pilihan ini harus mendapat dukungan para kader dakwah. Alangkah indah dan menyejukkan hati saat melihat jamaah yang besar sedang menunaikan shalat berjamaah, dengan rapi dan khusyu’. Indahnya pemandangan yang serupa bisa dinikmati saat menyaksikan gelombang demo yang besar, tetapi dengan tertib (jama’i) serta khusyu’ menjalankan agenda-agendanya. Dakwah dan kader dakwah perlu membuat citra dan memperkenalkan terus demo yang da’wi.
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, walillahil hamd.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ - والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Read more...

Kewajiban Lebih Banyak Dari Waktu Yang Dimiliki

>> Selasa, 17 Februari 2009

Model Pendekatan Ekosistem Dalam Pembangunan Masyarakat

SERI TAUJIHAT RI’AYAH MA’NAWIYAH KADER PK-SEJAHTERA 1424 H

TAUJIHAT DUA PEKANAN

Seri 31/67

Kewajiban Lebih Banyak Dari Waktu Yang Dimiliki

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله، الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه ووالاه، أما بعد:

Memahami Kewajiban

Kebanyakan orang memahami kewajiban sebagai beban berat yang harus dipikul dan dipertanggungjawabkan di hadapan pemberi kewajiban itu. Sehingga yang terbayang adalah pemberat-pemberat yang ada di pundak. Dan semakin banyak kewajiban yang ada maka semakin terasa berat pula beban hidupnya. Sungguh kasihan hidup yang penuh beban, selalu merasa dalam penderitaan dan tekanan.

Berbeda dengan orang beriman, ia memahami kewajiban yang telah Allah tetapkan dengan pemahaman yang indah dan menyenangkan, ia memahami kewajiban itu sebagai :

1. Peluang terbesar untuk mendekatkan diri kepada-Nya,

2. Peluang untuk meningkatkan kualitas diri, dan

3. Tangga untuk memperoleh cinta Allah, yang dengan cinta itu manusia akan terjaga dirinya,

4. Menjauhkan diri dari tarikan dunia dan menfokuskan diri pada sikap rabbani.

Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah swt berfirman dalam hadits Qudsi.

Barang siapa yang memusuhi kekasih-Ku maka Aku nyatakan perang kepadanya. Dan tidak ada amal ibadah yang dilakukan hamba-Ku untuk mendekatkan diri kepada-Ku lebih Aku cintai dari pada kewajiban yang telah Aku tetapkan atasnya. Dan hamba-Ku akan terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya. Maka ketika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang dia gunakan untuk mendengar, mata yang dipergunakan untuk melihat, tangan yang dipergunakan untuk memegang, kaki yang dipergunakan untuk berjalan. Jika ia meminta-Ku pasti akan Aku berikan, dan jika ia meminta perlindungan-Ku pasti akan Aku lindungi. HR Bukhari

Kadar kewajiban

Allah swt telah mendistribusikan kewajiban bagi manusia ini sesuai dengan kapasitas dan kemampuan setiap orang, Firman Allah:

‚W� ñÈPYÕVÑSTÿ JðS/@… †[©pTÉWTß ‚PV�MX… &†WäWÅóªSè

Dan Allah tidak membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan apa yang dimampui. QS. 2/Al Baqarah: 286

Kewajiban guru berbeda dengan kewajiban murid, kewajiban imam berbeda dengan kewajiban makmum, kewajiban orang miskin berbeda dengan kewajiban orang kaya dst masing-masing telah mendapatkan porsi kewajiban yang sebanding dengan kebutuhan kebaikan yang hendak dicapai.

1. Kewajiban dzatiyah (pada diri sendiri) menjadi kebutuhan orang untuk mendapatkan kualitas pribadi yang unggul, sehingga ia menjadi shalih bagi dirinya secara fisik, intelektual, dan spiritual.

2. Kewajiban kepada Allah, berfungsi untuk tautsiqushshilah (menguatkan hubungan dengan Allah), sehingga setiap saat pertolongan Allah dapat diraih untuk mendapatkan sukses hidup dunia dan akhirat.

3. Kewajiban kepada sesama manusia berfungsi untuk menata harmoni kehidupan dalam ikatan nilai dan kebaikan. Kewajiban itu mencakup:

a. Kewajiban kepada kedua orang tua.

b. Kewajiban suami isteri

c. Kewajiban kepada anak

d. Kewajiban kepada kerabat

e. Kewajiban kepada tetangga

f. Kewajiban kepada saudara

g. Kewajiban kepada manusia pada umumnya.

Dimana posisi kita dari semua kewajiban itu?

1. Jika kita hanya dapat menunaikan kewajiban dzatiyah maka, kita baru dapat menshalihkan diri sendiri, secara fisik, intelektual, dan spiritual. Dan jika kita tidak mampu menshalihkan diri dalam apek-aspek penting itu, bagaimana mungkin kita akan mampu meshlihkan orang lain.

2. Jika kewajiban kepada Allah tidak terpenuhi dengan baik, maka akankah ada kedekatan jarak dengan Allah? Jika tidak dekat dengan Allah, akankah pertolongan Allah dapat diterima.

3. Jika kewajiban kepada sesama manusia dalam berbagai statusnya tidak dapat dilaksanakan dengan baik, akankah mereka bersimpati dan berbaik sikap dengan kita? Rasulullah saw yang senantiasa bersikap baik, menunaikan kewajiban kemanusiaan kepada siapapun masih saja mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan.

a. Bagaimana mungkin orang tua akan bersimpati dan mau mendengar ucapan anaknya, jika sang anak tidak menunaikan kewajibannya kepada kedua orang tuanya?

b. Bagaimana mungkin pasangan hidup akan mau menerima dengan utuh pasangannya jika ia tidak menunaikan kewajibannya dengan baik?

c. Akankah anak menghargai dan menghormati kedua orang tuanya dengan ikhlas, jika kedua orang itu tidak menunaikan kewajibannya dengan baik?

d. Akankah kerabat akan bersimpati jika kewajiban kepada mereka tidak terpenuhi?

e. Akankah tetangga akan menjadi saksi dan pembela yang ikhlas kepada kita, jika kewajiban kepada mereka tidak ditunaikan?

f. Akankah sanak saudara mau menjadi penolong kesulitan kita, jika kewajiban kepada mereka tidak dilaksanakan?

g. Akankah publik mau memilih kita menyisihkan yang lainnya, jika kewajiban kepada mereka tidak kita berikan?

Dan kita membutuhkan mereka semuanya, untuk kepentingan dakwah dan penataan kehidupan yang lebih baik dan lebih mulia. Tidak akan berarti apa-apa keshalihan pribadi yang kita bangun tinggi jika tidak memberi dampak bagi keshalihan lingkungan.

Semakin banyak peran yang ingin kita mainkan, maka semakin banyak pula kewajiban yang harus kita tegakkan. Banyak peran dengan sedikit kewajiban tertunaikan adalah kebangkrutan, dan banyak kewajiban tanpa peran adalah kemandulan. Dan kita hanya ingin memiliki kader yang berperan aktif, produktif, dan dinamis. Dan untuk semua itu, kewajiban di semua tingkatan harus terpenuhi. Wallahu a’lam.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ - والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Seri Taujihat Ri’ayah Ma’nawiyah terdiri dari Khithab Qiyadi, Taujihat Lailatul Katibah dan Taujihat Dua Pekanan.

Taujihat tersedia dalam bentuk audio, vcd dan tulisan.

Taujihat Ri’ayah Ma’nawiyah terbit secara berkala dalam rangka penyiagaan kader menghadapi agenda Dakwah 1424 H.

kaderisasi@pk-sejahtera.org

Read more...

MAKSIAT, PENYEBAB KEKALAHAN

>> Selasa, 10 Februari 2009

teSERI TAUJIHAT RI’AYAH MA’NAWIYAH KADER PK-SEJAHTERA 1424 H

TAUJIHAT DUA PEKANAN

Seri 27/67

MAKSIAT, PENYEBAB KEKALAHAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله، الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه ووالاه، أما بعد:

Secara harfiyah, maksiat artinya durhaka atau tidak patuh. Maksudnya adalah suatu perbuatan yang tidak mengikuti apa yang telah digariskan Allah Swt. Lawan dari maksiat adalah taat. Salah satu konsekuensi penting dari keimanan kepada Allah Swt adalah taat kepada segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya, baik dalam keadaan sendiri maupun bersama orang lain, dalam situasi senang maupun susah, begitulah seterusnya.

Dalam perjuangan menegakkan ajaran Islam, setiap pejuang harus selalu berada dalam ketaatan dan tidak boleh melakukan hal-hal yang bernilai maksiat. Hal ini karena kemaksiatan akan mengakibatkan penilaian dosa dari Allah Swt dan dosa akan menimbulkan akibat yang sangat fatal, baik bagi individu maupun jamaah.

AKIBAT MAKSIAT.

Dosa yang merupakan kemaksiatan setidak-tidaknya akan membawa empat akibat, tidak hanya di dunia ini tapi juga di akhirat nanti. Empat akibat itu sangat penting kita pahami dan kita renungi agar dosa dan kemaksiatan tidak kita anggap sepele, sekecil apapun kemaksiatan itu.

1. Menggelisahkan Hati.

Ketenangan hati merupakan sesuatu yang sangat diperlukan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya, apalagi bagi para pejuang di jalan Allah. Sebagai manusia, kehidupan ini bisa dijalani dengan baik manakala ada ketenangan batin, namun bila ketenangan jiwa tidak dimiliki, tentu saja kehidupan ini tidak bisa dijalani dengan baik. Karena itu, sangat berbahaya bila pemimpin dan rakyatnya tidak memiliki ketenangan jiwa disebabkan dosa yang dilakukannya. Hal ini karena dosa memang dapat menggelisahkan hati pelakunya dan bisa berakibat pada tindakan-tindakan yang mendatangkan perbuatan dosa berikutnya, Rasulullah bersabda:

Dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan dalam hati seseorang, sedangkan ia tidak setuju kalau hal itu diketahui oleh orang lain. (HR. Ahmad)

2. Terjadi Bencana Alam

Di dunia ini seringkali terjadi bencana alam mulai dari kemarau yang terlalu panjang hingga masyarakat kesulitan air, gunung meletus, gempa bumi, tanah longsor, banjir, kebakaran, angin kencang dan sebagainya. Hal itu jangan kita anggap sebagai peristiwa alam biasa. Karena pada hakikatnya bencana ada kaitannya dengan dosa yang dilakukan oleh manusia sehingga Allah Swt menunjukkan kemurkaan-Nya. Allah Swt berfirman,

¼ Zn„RÑWTÊ †WTßp¡WžKV… -Y$ãY‰?TßW¡YŠ ØSä`ÞYÙWTÊ óÝQWÚ †WTÞ<ÕTWª`¤VK… Yã`~TVÕWÆ †_‰Y²†Wš ySä`ÞYÚWè óÝQWÚ SãpTTŽW¡WžKV… SàW™`~Jð±Ö@… ySä`ÞYÚWè óÝQWÚ †WÞpTÉW©Wž YãYŠ ð³`¤KKV‚ô@… ySä`ÞYÚWè óÝQWÚ &†WTpÞTÎW£pTçÆVK… †WÚWè W܆W{ JðS/@… `ySäWÙYÕ<À¹W~YÖ ÝYÑHTVÖWè vN…éST߆W{ `ySäW©SÉßKV… fûéSÙYTÕ<À¹WTÿ (40) »

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Q.S. 29:40)

Terjadinya berbagai bencana alam pada hakikatnya adalah untuk mengingatkan manusia agar menyadari kesalahannya sehingga mereka mau kembali ke jalan Allah yang benar. Allah Swt berfirman,

¼ W£TTWäVÀº S †W©WÉ<Ö@… Á QY¤WiT<Ö@… X£`™W‰T<Ö@…Wè †WÙYTŠ pŒW‰TW©VÒ ÷YŸ`TÿVK… X§†PVÞÖ@… ØSäWÍÿY¡S~YÖ ð´`ÅWTŠ ÷Y¡PVÖ@… N…éSTÕYÙWÆ óØSäPVÕWÅVÖ WÜéSÅY–ó£TWÿ (41) »

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS 30:41)

3. Pertentangan Antar Manusia.

Dosa yang dilakukan oleh manusia ternyata bisa menimbulkan konflik di antara sesama mereka. Bahkan hingga terjadi tindakan-tindakan yang ganas, antar satu dengan lainnya, sesuatu yang semula tidak kita duga sama sekali. Hal ini karena orang yang berbuat dosa tidak mau mengakui kesalahannya, meskipun tahu bahwa ia telah berbuat salah. Maka orang yang dianggap telah berbuat salah dan dosa akan dipermasalahkan sehingga terjadilah konflik yang tidak sedikit melahirkan tindakan-tindakan yang sadis. Karena itu, bila di suatu negeri sering terjadi konflik, baik antar masyarakat maupun para pemimpinnya, salah satu yang harus kita teliti adalah dosa apa yang mereka lakukan sehingga mereka saling berselisih. Hal ini terdapat di dalam firman-Nya,

¼ `ÔSTÎ WéSå S¤Y †WÍ<Ö@… uvøVÕWÆ ÜKV… ð�WÅ`‰TWTÿ óØRÑ`~TVÕWÆ †_TTŠ…W¡WÆ ÝYQÚ óØRÑYTÎóéTWTÊ `èVK… ÝYÚ gŒ`™WTŽ óØRÑYÕS–`¤VK… `èVK… óØRÑW©Y‰<ÕWTÿ †_TTÅW~TY® WÌÿY¡STÿWè yRÑWµ`ÅWTŠ ð§ %\´`ÅWTŠ ó£TñÀ¹ß@… ðÈ`~TVÒ ñÇQX£W±STß gŒHTWTÿ›‚�@… óØSäPVÕWÅVÖ fûéSäWÍpTÉWTÿ (65) »

Katakanlah: Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain. Perhatikanlah, betapa kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami (QS 6:65)

Dalam kehidupan berjamaah, bila di antara anggota-anggotanya ada yang melakukan kemaksiatan, ini akan menimbulkan pertentangan di antara mereka. Pertentangan yang bisa menimbulkan hilangnya kekuatan jamaah itu karena ada perpecahan, Rasulullah Saw bersabda:

Demi yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tiada dua orang saling mengasihi lalu bertengkar dan berpisah kecuali karena akibat dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari keduanya (HR. Ad Dailami)

4. Terhambat Untuk Bisa Masuk Surga.

Dalam rangkaian peristiwa pada hari kiamat, ada saat di mana manusia akan menunggu keputusan Allah Swt, apakah ia akan dimasukkan ke dalam surga atau ke neraka. Orang yang banyak beramal shaleh dengan membawa pahala yang banyak, akan tenang-tenang saja menghadapi situasi itu. Bahkan dari raut wajahnya nampak kegembiraan karena ia yakin akan keputusan Allah yang menggembirakan dirinya, yakni dimasukkan ke dalam surga. Tapi bagi orang yang berbuat dosa dalam hidupnya di dunia, apalagi dosa-dosa besar yang dibawanya, maka ia sangat murung dan takut dalam menghadapi keputusan Allah terhadap dirinya. Apalagi memang tidak mungkin rasanya bila ia masuk ke dalam surga karena dalam kehidupan yang dijalaninya, ia selalu berpaling dari nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an, Allah Swt berfirman,

¼ óÝQWÚ ð³W£`ÆVK… SãT`ÞTWÆ ISãPVTßXM†WTÊ SÔYÙ`ðmïmš W×óéTWTÿ YàWÙHTW~YÍ<Ö@… …[¤p¦Xè (100)WÝÿYŸYÕHTWTž Y$ã~YÊ ƒò:†fTTTTªWè óØSäVÖ W×óéTWTÿ YàWÙHTW~YÍ<Ö@… ¾„`ÙYš (101) W×óéTWTÿ SœWÉÞTSTÿ Á X&¤éJñ±Ö@… S£S­`ðmìšWè WÜkYÚX£`•SÙ<Ö@… x¡MùWÚóéTWTÿ †_TÎ`¤S¦ (102) »

Barang siapa berpaling dari Al-Qur’an, maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat, mereka kekal di dalam keadaan itu. Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat, (yaitu) di hari (yang waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru muram (QS 20:100-102).

Hal itu dapat itu terjadi, pada sebuah negeri yang dapat dikatakan sebagai negeri yang penuh dosa Sehingga tidak mungkin bisa dicapai kebahagiaan dan ketenangan hidup di dalamnya. Bahkan di dalam hadits, Rasulullah Saw memastikan orang yang bermaksiat kepada Allah Swt dan mati dalam kemaksiatan tidak akan bisa masuk ke dalam surga, Rasulullah Saw bersabda:

Semua umatku akan masuk surga, kecuali yang tidak mau. Sahabat bertanya, “Siapa yang tidak mau Ya Rasulullah?”. Rasul menjawab, “Barang siapa yang taat kepadaku ia masuk surga dan siapa yang durhaka kepadaku ia termasuk orang yang tidak mau”.

AKIBAT DALAM PERJUANGAN.

Objektifitas sejarah dalam Islam telah menunjukkan kepada kita betapa kemaksiatan bisa menjadi penyebab suatu kekalahan dalam perjuangan. Dari sekian banyak peristiwa, ada dua peristiwa penting yang bisa kita jadikan rujukan untuk mengambil pelajaran. Pertama, kekalahan dalam perang Uhud yang terjadi karena ketidakdisiplinan para sahabat. Ketika itu, Rasulullah Saw belum menyatakan bahwa perang sudah selesai meskipun musuh-musuh sudah meninggalkan arena perang karena mendapatkan serangan yang dahsyat dari pasukan muslim. Tapi sebagian sahabat justru telah melakukan pengumpulan harta rampasan perang (ghanimah), maka sahabat-sahabat yang lainpun turut serta mengumpulkan harta itu, termasuk pasukan yang di atas bukit. Melihat hal itu, sisa-sisa tentara kafir melakukan konsolidasi dan mereka naik ke atas bukit lalu melakukan serangan yang bertubi-tubi hingga para sahabat kocar-kacir, bahkan 70 orang sahabat menjadi syahid dan Rasulullah Saw sendiri terperosok ke dalam lubang, mengalami luka dan giginya sampai patah.

Kedua, kekalahan dalam perang Hunain meskipun kaum muslimin berjumlah sangat banyak, yakni 12.000 pasukan, sedangkan pasukan kafir hanya 4000 orang. Hal ini terjadi karena adanya perasaan sombong dan menganggap enteng lawan karena jumlah pasukan yang banyak. Hal ini menyebabkan jumlah pasukan Islam menjadi sedikit dan yang sedikit itulah yang kemudian menunjukkan kesungguhan sehingga berhasil mengalahkan musuh.

Dari dua contoh ini, menjadi jelas bagi kita betapa para dai dan mujahid harus betul-betul memiliki akhlaq yang mulia untuk suksesnya dalam perjuangan, sedangkan kemaksiatan hanya akan membuat Allah menjadi murka, bahkan sangat besar kemurkaan-Nya sehingga sulit memberikan kemenangan kepada kaum muslimin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ - والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Seri Taujihat Ri’ayah Ma’nawiyah terdiri dari Khithab Qiyadi, Taujihat Lailatul Katibah dan Taujihat Dua Pekanan.

Taujihat tersedia dalam bentuk audio, vcd dan tulisan.

Taujihat Ri’ayah Ma’nawiyah terbit secara berkala dalam rangka penyiagaan kader menghadapi agenda Dakwah 1424 H.

kaderisasi@pk-sejahtera.org

Read more...

peternakan coy

peternakan coy
susu

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP