Tentang Cinta

>> Senin, 24 November 2008

Tentang Cinta

Pengetahuan bersemayam dalam pikiran Tempat cinta ialah hati yang sadar-jaga Selama pengetahuan yang tak sedikit juga mengandung cinta, Adalah itu hanya permainan sulap Si Samiri Pengetahuan tanpa Ruh Kudus, hanya penyihiran (Javid Namah, Muhammad Iqbal)
eramuslim - Pernah suatu hari saya memberi makan ayam peliharaan Mama. Seperti biasa, saya langsung menaburkan makanan tersebut ke atas wadah makanan yang sedang dikerubungi anak-anak ayam yang baru menetas beberapa hari yang lalu. Tiba-tiba sang induk ayam datang dan mematuk tangan saya. Setelahnya, dia juga berusaha menghalau saya supaya menjauhi tempat itu.
Saya kemudian menanyakan perubahan sikap ayam betina tersebut kepada mama. Setahu saya, induk ayam tersebut tidak galak seperti itu sebelum punya anak. Kata mama, induk ayam bersikap demikian untuk melindungi anak-anaknya dari apapun yang dianggap membahayakan, terlebih lagi kondisi mereka masih sangat lemah. Ia akan melakukan apa saja demi keselamatan anak-anaknya. Dan induk ayam itu mungkin curiga kalau saya akan mengganggu anak-anaknya. Tapi sebenarnya itu adalah bukti kecintaan induk ayam pada anak-anaknya itu. Berangkat dari sana, saya kemudian mengartikan bahwa cinta merupakan sikap ingin memberi dan melindungi.
Adalah seorang wanita yang bernama Nur Nahar, yang begitu menghayati arti cinta. Inilah wanita di balik kebesaran seorang Muhammad Natsir, pejuang pergerakan Islam dan kemerdekaan Indonesia. Ia adalah seorang tipe seorang istri yang tahu bagaimana memantapkan derap langkah sang suami. Bahkan ketika Natsir harus bertahan di rimba belantara Sumatera Barat, Nur Nahar tidak menjadi cengeng dan larut dalam emosi. Keadaan yang serba terbatas dan tertekan tidak membuatnya mengeluh, apalagi melunturkan cinta pada suami dan buah hati tercinta.
Selain menjadi istri pejuang, ia sendiri juga seorang pejuang. Sekolah Pendidikan Islam (Pendis) adalah salah satu pergerakan yang merasakan sentuhan tangannya. Demi Pendis, sebuah gelang yang telah dimilikinya sejak masih gadis berkali-kali masuk pegadaian. Ia tahu, perjuangan itupun adalah salah satu wujud cinta. Dan bukanlah namanya cinta jika pengorbanan tiada sanggup tertorehkan. Tak heran jika sang suami pun sangat menyanjungnya. Maka simaklah tulisan yang dikirimkan Natsir kepada anak-anaknya tentang satu dari sekian pengorbanan istrinya ini, "Sudah berapa kalinya Ummie membuka gelang itu dari tangannya tak ingat Aba lagi. Yang Aba masih ingat benar ialah, bahwa tidak pernah air muka Ummie berobah atau mendung di waktu-waktu Ummie terpaksa melurutkan perhiasan itu dari tangannya untuk dikirim ke tempat penyimpanannya yang terkenal itu. Tidak pernah! Begitulah Ummie! Semuanya untuk cita-cita, hendak berbakti kepada Allah dan berkhidmat kepada Islam."
Dan izinkanlah saya berbagi. Sewaktu kuliah, saya pernah dihadang masalah akademik yang cukup pelik. Saya panik dan takut jika itu akan berbuntut panjang bagi perjalanan studi selanjutnya. Ditambah pula saat-saat itu adalah masa menjelang ujian akhir semester, belum lagi saya harus merampungkan laporan pertanggungjawaban kepengurusan sebuah unit kegiatan yang saya ikuti. Pikiran saya benar-benar buntu dan tidak tahu harus berbuat apa.
Ternyata, teman-teman tidak membiarkan saya sendirian. Mereka bahkan memberikan energi positif dengan berbagai cara supaya saya bersemangat. Ada yang mengingatkan supaya senyum saya tidak memudar, ada yang memberi cerita-cerita motivasi, ada yang berpesan agar saya tetap bersabar dan lebih dekat pada Allah, dan ada pula yang rela meluangkan waktunya untuk mendengar curahan hati saya. Jujur saja, saya tidak pernah menyangka akan mendapat respon seperti itu. Saya seperti menemukan berkas cahaya di dalam kegelapan. Di tengah kegalauan itu, saya pun sanggup tersenyum dan alhamdulillah akhirnya berhasil melewati masa-masa sulit itu. Sekarang, setelah semua itu lama berlalu, saya merasakan mereka masih menempati bilik-bilik istimewa di dalam hati saya.
Jazakumullahu bi ahsanal jaza'...
***
Mencintai dan dicintai adalah hal yang sungguh membahagiakan. Kehadiran cinta membuat hari-hari lebih berbunga. Semarak warna sumringah. Melipatgandakan energi. Memercikkan embun-embun ketenangan pada batin. Dan membuat hidup terasa punya makna. Benar sekali yang dikatakan banyak orang, cinta memang sangat indah.
Kekuatan cinta mampu membawa seseorang serasa membumbung ke angkasa raya. Mampu menggerakkan tangan para pujangga untuk mengukir syair-syair cinta. Mampu membuat Taj Mahal berdiri megah di tanah Hindustan. Mampu menuliskan kisah kasih abadi antara Laila dan Majnun. Mampu memompa semangat seorang ayah untuk mencari penghasilan sebanyak-banyaknya untuk kebahagiaan anak istrinya. Dan keberlangsungan Bani Adam di muka bumi ini juga tak lepas dari peranan cinta. Ah, bicara tentang cinta memang tidak akan ada habis-habisnya. Direguk sepanjang zaman dan menjadi inspirasi dalam berbagai segi kehidupan.
Perihal cinta-mencintai adalah sesuatu yang juga diserukan oleh Baginda Rasulullah. Sebagaimana yang pernah dititahkannya, "Barang siapa yang tidak menyayangi orang lain, ia tidak akan disayangi." (HR. Bukhari, diriwayatkan dari Jarir bin Abdullah Al Bajali)
Atau dengar pula sabdanya yang lain, "Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, kalian tidak masuk surga sehingga kalian beriman. Dan kalian tidak beriman sehingga saling mencintai..." (HR Muslim) Kemudian, bagaimana pula cerita cinta kita dengan Yang Maha Mencintai?
Sejatinya, cinta ini yang tertinggi. Cinta ini pula yang membuat cinta-cinta lain menjadi lebih bermakna dan lebih mulia sejagad raya. Sungguh kita tak akan pernah bertepuk sebelah tangan mengejar cinta ini. Rasa kecewa tak akan pernah hadir sebab Ia selalu Maha Memberi apa yang terbaik buat para pecinta-Nya. Sebab Ia selalu bersama mereka. Sebab Ia Maha Mendengar segala pinta. Dan sebab Ia adalah puncak segala cinta.
Apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan sekarang ini adalah semua tanda-tanda kebesaran cinta-Nya. Dalam Raudhah Al Muhibbin wa Al Musytaqin (Taman Orang-orang yang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu), Ibnul Qayyim Al Jauziyah bertutur, "Semua gerak di alam raya ini, di langit dan di bumi, adalah gerak yang lahir dari kehendak dan cinta."
Cinta Allah dinyatakan dengan jelas dalam rangkaian kalimat kauniyah dan qauliyah-Nya. Dan sekiranya lautan dijadikan tinta untuk menuliskan semuanya, niscaya lautan itu akan mengering sebelum mencapai sepersepuluhnya. Tapi, kenapa Ia masih bertanya kepada kita? "Maka terhadap nikmat Rabbmu yang manakah kamu ragu-ragu?" (QS. An-Najm [53]:55)
Benarkah keraguan itu masih terbersit?
Mungkin apa yang disampaikan kekasih-Nya berikut ini dapat memberi sedikit lagi gambaran tentang besarnya cinta Allah, "Sesungguhnya Allah membagi kasih sayang ke dalam seratus bagian dan menyimpan yang sembilan puluh sembilan padanya dan menurunkan yang satu bagian ke bumi. Dan oleh karena kasih sayang yang satu bagian itulah makhluk-makhluk-Nya saling menyayangi satu sama lain. Bahkan seekor unta betina menjauhkan kakinya dari anaknya yang baru lahir karena khawatir menginjaknya." (HR. Bukhari, diriwayatkan dari Abu Hurairah)
Ya Allah, betapa ku ingin Engkau cintai...
***
Sri Susanti, Rabi'ul Awwal, 1426 H

0 komentar:

peternakan coy

peternakan coy
susu

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP